Bisnis.com, JAKARTA – Emiten BUMN konstruksi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) bakal menggenjot sektor engineering, procurement, construction, and commissioning (EPCC) di tengah indikasi penurunan anggaran infrastruktur pada 2025.
Berdasarkan Nota Keuangan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah mengalokasikan anggaran senilai Rp400,3 triliun untuk sektor infrastruktur. Kendati masih cukup ekspansif, alokasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan anggaran pada tahun ini yang mencapai Rp423,4 triliun.
Selain itu, ada juga indikasi penurunan anggaran di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR. Pada tahun depan, nilai pos APBN untuk kementerian ini turun menjadi Rp75 triliun dari angka Rp146 triliun pada 2024.
Di tengah indikasi tersebut, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya menuturkan bahwa selain infrastruktur, perseroan memiliki kompetensi di bidang EPCC. Segmen ini yang nantinya dipacu untuk menyeimbangkan portofolio WIKA.
“Salah satu strategi kami untuk menjaga keseimbangan portofolio, apabila terjadi penurunan belanja infrastruktur pemerintah adalah memaksimalkan peluang di sektor EPCC,” ujar Mahendra saat ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia menyatakan sektor EPCC bersumber dari alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan pelat merah ataupun swasta yang digunakan untuk pembangunan proyek, seperti pabrik baterai, gas processing plant, dan pembangkit listrik.
Meski demikian, manajemen WIKA sejauh ini masih akan melihat seberapa besar potensi pasar EPCC yang dapat diraih ke depan. Harapannya, penurunan anggaran infrastruktur dapat diimbangi dengan peningkatan di segmen EPCC.
“Memang sudah menjadi sifat bisnis konstruksi, terutama saat terjadi transisi pemerintahan, kami akan melihat bagaimana arah kebijakan selanjutnya. Apakah belanja infrastruktur masih akan semasif sebelumnya atau ada perubahan,” kata Mahendra.
Sampai dengan Juli 2024, WIKA telah membukukan nilai kontrak baru sebesar Rp11,59 triliun. Kontributor terbesar dari capaian tersebut berasal dari segmen industri, disusul segmen infrastruktur dan gedung, properti, serta segmen EPCC.
Beberapa proyek yang masuk daftar kontrak baru per Juli 2024, antara lain pembangunan Jetty 1 Baru di Integrated Terminal Manggis, Bali, Gedung BMKG InaTEWS di Jakarta dan Bali, serta perolehan kontrak lainnya baik di induk maupun anak perusahaan.