Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham MEDC & PGAS saat Harga Minyak Mentah Melemah

Analis merekomendasikan wait and see untuk saham MEDC dan PGAS di tengah pelemahan harga minyak mentah saat ini.
Analis merekomendasikan investor untuk wait and see terhadap saham MEDC dan PGAS di tengah pelemahan harga minyak mentah saat ini./REUTERS-Bing Guan
Analis merekomendasikan investor untuk wait and see terhadap saham MEDC dan PGAS di tengah pelemahan harga minyak mentah saat ini./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA — Kiwoom Sekuritas Indonesia merekomendasikan investor untuk wait and see terhadap saham MEDC dan PGAS di tengah pelemahan harga minyak mentah saat ini.

Head Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan pelemahan harga minyak mentah bakal menekan average selling price (ASP) yang belakangan bakal mengoreksi kinerja sejumlah emiten migas.

“Ketika penurunan harga terus berlanjut dalam jangka panjang maka dampaknya bisa signifikan,” kata Sukarno saat dihubungi, Kamis (5/9/2024).

Sukarno merekomendasikan trading sell untuk PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan target harga Rp1.150 per lembar dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dengan Rp.1460 per lembar.

Rekomendasi itu diberikan di tengah kecendrungan pelemahan harga minyak mentah saat ini.

“Setelah bisa diperhatikan jika sentimen sudah mulai ada perbaikan baru bisa buyback,” kata dia.

Dari lantai bursa pada penutupan perdagangan sore ini, saham MEDC naik 2,89% ke level Rp1.245 per lembar. Kendati demikian, harga saham MEDC telah terkoreksi 6,04% selama tiga bulan terakhir.

Sementara itu, saham PGAS mengalami penguatan minor 0,33% ke level Rp1.530 per lembar. Hanya saja, PGAS telah terkoreksi 3,47% selama tiga bulan terakhir.

Mengutip Reuters pada Kamis (5/9/2024), harga minyak mentah berjangka Brent untuk bulan November naik 9 sen, atau 0,12%, menjadi US$72,79 per barel setelah turun 1,42% di sesi sebelumnya.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk bulan Oktober naik 12 sen, atau 0,17%, menjadi US$69,32 setelah turun 1,62% pada hari Rabu.

Adapun, kedua harga minyak acuan tersebut ditutup US$1 lebih rendah pada penutupan perdagangan Rabu kemarin.

Harga minyak dipengaruhi oleh OPEC+ yang sedang mendiskusikan penundaan peningkatan produksi minyaknya. Kenaikan produksi tersebut dijadwalkan dimulai pada Oktober mendatang setelah harga minyak merosot ke level terendah sembilan bulan pada 3 September, empat sumber dari kelompok produsen mengatakan kepada Reuters pada hari Rabu.

Pekan lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia (OPEC+) akan melanjutkan kenaikan produksi sebesar 180.000 barel per hari pada bulan Oktober, bagian dari rencana untuk secara bertahap mengurangi pengurangan terbaru sebesar 2,2 juta barel per hari.

Namun, berakhirnya perselisihan yang menghentikan ekspor Libya dan melemahnya permintaan China yang memicu pelemahan ke titik terendah dalam beberapa bulan mendorong kelompok tersebut untuk mempertimbangkan kembali.

"Laporan (OPEC+) membawa sedikit kelegaan bagi pasar pada awal perdagangan," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper