Bisnis.com, JAKARTA — Badan Usaha Milik Negara (BUMN) punya target ambisius. Gabungan perusahaan pelat merah dipatok bisa memberikan dividen Rp90 triliun pada 2025 atau tahun pertama pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Upaya tersebut diperkirakan akan mengorbankan beberapa aspek.
Tahun ini, pemerintah menargetkan BUMN bisa menyetor dividen Rp85,84 triliun. Sementara angka yang dipatok untuk 2025 sebenarnya lebih besar dari yang tertuang dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Dalam rancangan tersebut, pendapatan pos kekayaan negara dipisahkan dari dividen BUMN mencapai Rp86 triliun.
Menteri BUMN Erick Thohir siap meracik strategi untuk memenuhi target tersebut. Meski diakui cukup berat, dia bakal menginstruksikan perusahaan pelat merah untuk melakukan efisiensi.
Artikel tentang dividen tinggi BUMN menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Selasa (3/9/2024). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:
Baca Juga
Tren Deflasi Berlanjut, Sikap Waspada Tetap Mengemuka
Sikap waspada mengemuka di tengah tren deflasi yang berlanjut hingga Agustus 2024 kendati dengan bobot lebih rendah. Deflasi bulanan kali ini mencapai 0,03% atau lebih rendah dari kondisi sebelumnya 0,18%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengemukakan kewaspadaannya terhadap potret terbaru deflasi yang terjadi pada Mei hingga Agustus 2024 itu. Kendati demikian, dia meyakini bahwa deflasi kali ini masih dalam batas aman, akibat penurunan harga pangan, bukan penurunan daya beli masyarakat.
“Kami akan tetap waspada ya," ujar Sri Mulyani di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/9/2024).
Lebih lanjut, dia menilai bahwa deflasi empat bulan beruntun ini terjadi akibat koreksi penurunan harga pangan. Oleh sebab itu, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Menurutnya, justru itulah imbas upaya pemerintah menurunkan harga komoditas pangan, termasuk beras.
Gairah Kunjungan Wisatawan Asing Menembus Capaian Prapandemi
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami pertumbuhan setelah sempat terseok-seok selama pandemi Covid-19. Tahun ini, target pariwisata berpotensi tercapai seiring realisasi menjanjikan pada tujuh bulan pertama 2024.
Target pemerintah mendatangkan 14-17 juta kunjungan wisatawan asing pada tahun ini masih berada di jalur positif. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sekitar 7,74 juta kunjungan wisman pada Januari - Juli 2024, tumbuh signifikan hingga 20,7% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu dengan capaian 6,42 juta kunjungan.
“Total kunjungan wisman secara kumulatif merupakan yang tertinggi sejak 2020,” kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam paparan di Jakarta, Senin (2/9/2024).
Dalam catatan BPS, total kunjungan wisman pada periode Januari-Juli 2020 tercatat sebanyak 3,28 juta kunjungan. Realisasi ini kian merosot pada 2021 menjadi 858.564 kunjungan.
Tugas Berat BUMN Era Prabowo, Dividen Tinggi Korbankan Investasi
Kenaikan target setoran dividen BUMN menjadi Rp90 triliun pada 2025 berisiko mengganggu kepentingan investasi dari perusahaan pelat merah.
Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto menilai bahwa penetapan target dividen seharusnya memperhatikan kemampuan keuangan perusahaan pelat merah.
Pasalnya, penetapan target dividen yang terlampau tinggi berisiko mengganggu agenda kepentingan BUMN. Salah satunya adalah untuk meningkatkan ekuitas atau alokasi belanja modal (capital expenditures/capex) investasi perusahaan di masa depan.
“Ini tentu bisa membahayakan kepentingan BUMN terkait strategi pertumbuhan dan keberlanjutan yang membutuhkan investasi besar,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (2/9/2024).
Tak Gentar IHSG dengan Deflasi
Indonesia yang mengalami deflasi pada Agustus dan melanjutkan trennya sejak April tak membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) memerah. Indeks komposit malah mencetak rekor baru di saat terjadi penurunan daya beli di masyarakat.
Pada penutupan perdagangan Bursa hari ini, Senin (2/9/2024), IHSG ditutup di angka 7.702. Rekor terbaru indeks komposit terjadi pada akhir pekan lalu, yaitu 7.670.
IHSG melesat 4,96% sepanjang Agustus 2024 sehingga mendorong performa secara year-to-date (YtD) naik 5,47%.
Berdasarkan data RTI Infokom, sebanyak 351 saham menguat, 243 saham melemah, dan 200 saham stagnan. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 7.669-7.726. Kapitalisasi pasar tercatat mencapai Rp13.163,25 triliun.
Reksa Dana Paling Cuan di Tengah Pasar Saham yang Bullish
Kinerja pasar saham yang bullish terus berlanjut pada perdagangan pertama September 2024 yang berpeluang membawa cuan ke produk reksa dana.
Berdasarkan data Infovesta Utama hingga 30 Agustus 2024, dikutip Senin (2/9/2024), kinerja indeks reksa dana saham masih terkoreksi secara tahun berjalan, yakni 4,43%.
Kinerja ini berada di level paliing bawah, kontras dengan kinerja indeks reksa dana pasar uang dengan 3,07%; reksa dana pendapatan tetap 2,78%; dan reksa dana campuran sebesar 1,24% pada periode yang sama.
Kendati demikian, sejumlah produk reksa dana dengan aset saham di dalamnya mampu mendulang cuan tebal. Sebagai contoh, di deretan reksa dana saham, terdapat produk dengan kinerja paling moncer yang memberikan imbal hasil 9,78% hingga 45,85% secara tahunan.