Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancang-Ancang TOWR dan TLKM Hadapi Merger EXCL-FREN

Sarana Menara Nusantara (TOWR) dan Telkom Indonesia (TLKM) bersiap menadah berkah dari aksi merger antara EXCL dan FREN.
Sarana Menara Nusantara (TOWR) dan Telkom Indonesia (TLKM) bersiap menadah berkah dari aksi merger antara EXCL dan FREN. Bisnis/Himawan L Nugraha
Sarana Menara Nusantara (TOWR) dan Telkom Indonesia (TLKM) bersiap menadah berkah dari aksi merger antara EXCL dan FREN. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) dan PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) menyambut positif rencana merger emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN).

Direktur TOWR Indra Gunawan mengatakan aksi korporasi di Industri telekomunikasi yang marak terjadi belakangan ini bakal berdampak baik bagi kinerja perseroan.

"Kami sangat bersyukur dengan semaraknya aksi korporasi. Kami melihat bahwa dari beberapa aksi korporasi itu memberikan dampak signifikan. Terbukti, ada penambahan jumlah menara," katanya dalam Pubex Live 2024 pada Rabu (28/8/2024).

Menurutnya, dengan bergabungnya dua entitas bisnis, maka kemampuan finansial pun lebih kuat. Permintaan akan layanan tower pun semakin meningkat.

"Dampaknya, dengan merger punya jangkauan yang besar. Ini memberikan dampak positif terhadap TOWR," ujar Indra.

Hingga 31 Maret 2024, TOWR telah memiliki 31.000 menara. Selain itu, emiten Grup Djarum itu memiliki revenue-generating fiber to the tower (FTTT) sebanyak 186.500 km, serta 1 juta homes passed untuk fiber to the home (FTTH). Lalu, TOWR memiliki 13.500 activation untuk segmen connectivity.

Sebelumnya, TOWR juga telah menyelesaikan akuisisi 90,11% saham emiten grup IBST pada Juli lalu. Akuisisi IBST dilakukan TOWR melalui anak usahanya PT Profesional Telekomunikasi Indonesia atau Protelindo melalui entitas usahanya PT iForte Solusi Infotek (iForte).

Dengan akuisisi ini, kepemilikan menara Protelindo akan melebihi 34.300 menara, dengan tingkat penyewaan mencapai hampir 58.000, serta peningkatan jaringan fiber optik mendekati 170.000 km.

Nilai pengambilalihan saham IBST adalah sebesar Rp2.813 per lembar saham dengan total nilai transaksi mencapai sekitar Rp3,42 triliun untuk keseluruhan 90,11% saham IBST.

Sementara itu, emiten telekomunikasi BUMN PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) juga memandang positif dilakukannya merger antara EXCL dan FREN.

Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Telkomsel Daru Mulyawan mengatakan penggabungan dua entitas tersebut akan mendorong pertumbuhan bisnis sektor telekomunikasi karena terciptanya kompetisi yang sehat.

"Harusnya ini menjadikan kompetisi jadi sehat dan dorong pertumbuhan lebih baik," kata Daru dalam acara public expose TLKM pada Senin (26/8/2024).

Apalagi, lanjut Daru, Telkomsel masih memiliki pangsa pasar bisnis telekomunikasi yang besar saat ini. Tercatat, pangsa pasar bisnis seluler di Telkomsel secara keseluruhan berada di atas 50%. Kemudian, pangsa pasar di fix broadband mencapai 70%.

Telkomsel juga gencar mengembangkan pangsa pasar layanan Internet 5G di Indonesia. "Implementasi 5G selektif kami lakukan sesuai kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Dari sisi kinerja keuangan, hingga semester I/2024, TLKM teratat meraup laba bersih Rp15,42 triliun, turun 8,31% secara tahunan (year on year/yoy). Namun, pendapatannya naik 2,42% yoy menjadi Rp75,29 triliun pada semester I/2024.

Kendati kinerja laba tengah tertekan, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkom Heri Supriadi mengatakan prospek sektor telekomunikasi masih menjanjikan. Hal ini lantaran telekomunikasi merupakan kebutuhan primer dari konektivitas digital enabler.

"Penetrasi di pasar seperti di fix broadband juga masih rendah. Artinya, memberikan peluang pertumbuhan," ujar Heri"

Untuk itu, pada keseluruhan tahun ini, Telkom membidik pertumbuhan pendapatan low single digit, serta laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) margin berkisar 50%-52%. Selain itu, capex to revenue ditarget mencapai 22%-24%.

Sejumlah bisnis yang dijalankan TLKM mulai dari seluler, fix broadband, data center, hingga tower juga menurutnya masih bertumbuh.

"Jadi, kami melihat secara keseluruhan masih menikmati pertumbuhan industri dan jadi katalis positif," tutur Heri.

Adapun, menurutnya pada tahun ini Telkom masih fokus pada percepatan transformasi melalui strategi utama five bold moves (5BM) yang melayani segmen business-to-consumer (B2C) dan business-to-business (B2B).

Telkomsel
Telkomsel

Selain TOWR dan TLKM, emiten menara PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) juga menyambut baik aksi merger antara XL Axiata dan Smartfren.

Direktur Investasi dan Sekretaris Perusahaan Mitratel Hendra Purnama mengatakan, dalam jangka menengah-panjang konsolidasi operator seluler akan mendorong kesehatan industri telekomunikasi, yang artinya akan berdampak positif terhadap industri menara.

"Untuk itu, kami yakin ke depan kebutuhan infrastruktur telco seperti Menara dan fiber akan semakin dibutuhkan untuk akselerasi perluasan jaringan dari mobile network operator," kata Hendra kepada Bisnis beberapa waktu lalu.

Dia melanjutkan MTEL siap mendukung konsolidasi XL Axiata dan Smartfren dan berkolaborasi dengan entitas hasil merger ini untuk memaksimalkan optimalisasi operasional dan memperluas jangkauan layanan. Hal ini diharapkan akan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang terlibat.

Meski begitu, dia tidak memungkiri dalam jangka pendek adanya konsolidasi akan sedikit berdampak pada bisnis penyewaan menara.

Untuk meminimalisir hal tersebut, Mitratel berupaya untuk selalu proaktif dalam mengantisipasi berbagai dinamika pasar, termasuk potensi yang akan terjadi bila terjadi konsolidasi operator seluler.

Dia melanjutkan berkaca dari merger yang pernah terjadi sebelumnya antara PT Indosat Tbk. (ISAT) dan Hutchison 3 Indonesia (H3I), Mitratel bisa menyediakan solusi bagi entitas  merger tersebut.

Dengan demikian, Mitratel tidak hanya dapat memitigasi potensi penurunan tenant, tetapi menjaga tren pertumbuhan perusahaan melalui penempatan kolokasi baru dan memberikan layanan baru dalam ekosistem menara.

"Hal ini dimungkinkan mengingat Mitratel memiliki lebih dari 38.000 menara yang tersebar di seluruh Indonesia, sehingga entitas baru hasil merger memiliki banyak alternatif sekiranya memerlukan relokasi perangkat jaringannya," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, proses merger antara XL Axiata dan Smartfren tengah berjalan. Kedua perseroan sudah masuk tahap uji tuntas atau due diligence untuk merger.

EXCL dan FREN diketahui telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) tidak mengikat pada 15 Mei 2024, terkait dengan rencana menciptakan entitas baru.  

Apabila proses penggabungan usaha berjalan mulus, dipastikan ada satu pihak yang bakal bertahan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai surviving entity atau entitas yang menerima penggabungan usai proses merger selesai. 

__________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper