Bisnis.com, JAKARTA – Alokasi Rp400,3 triliun sebagai anggaran infrastruktur dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 dinilai belum cukup menjanjikan bagi BUMN Karya.
Melansir Nota Keuangan RAPBN 2025, terdapat sejumlah target pembangunan infrastruktur pada tahun depan. Mulai dari pembangunan rumah susun, jalan tol, bendungan, jaringan irigasi, hingga penyediaan akses internet.
Kendati alokasi itu turun dari anggaran 2024 yakni Rp423,4 triliun, postur dana untuk infrastruktur masih menjadi salah satu yang terbesar sekaligus prioritas di era pemerintahan Prabowo Subianto.
Toto Pranoto, Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI), mengakui anggaran infrastruktur dalam RAPBN 2025 masih cukup besar.
Namun, menurutnya, poin yang perlu digarisbawahi adalah sejauh mana implementasi proyek bisa berjalan efektif, terutama pembangunan infrastruktur di sektor pendidikan dan kesehatan yang menjadi prioritas.
“Apakah kecepatan pemerintahan Presiden Prabowo dalam eksekusi bisa langsung tancap gas di tahun pertama? Tentu hal ini perlu menjadi perhatian,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (19/8/2024).
Dia menyatakan tahun depan merupakan masa transisi bagi pemerintahan Prabowo, sehingga fokus pembangunan ekonomi riil masih perlu dibuktikan oleh kebijakan yang bakal dijalankan.
Di tengah kondisi ini, Toto menilai perusahaan konstruksi pelat merah alias BUMN Karya dinilai perlu melakukan diversifikasi pasar secara cepat guna menjaga keberlanjutan usaha ke depan.
“Sebaiknya BUMN Karya juga mulai melakukan upaya diversifikasi market dengan cepat. Jadi, tidak terlalu bersandar dengan proyek pemerintah, sehingga sustainability perusahaan bisa lebih terjaga,” pungkasnya.
Dalam kesempatan sebelumnya, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) Rozi Sparta menuturkan bahwa perseroan berencana melakukan diversifikasi usaha ke depan.
Rozi menjelaskan ADHI akan mencoba memaksimalkan peluang konstruksi dari pihak lain, seperti BUMN, BUMD, swasta, pihak luar negeri, dan proyek pendanaan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Selain itu, perseroan juga berencana memaksimalkan peluang di seluruh portofolio untuk mencapai target pertumbuhan secara berkelanjutan.
“ADHI akan memanfaatkan peluang pada portofolio bisnis yang dimiliki, seperti pada segmen manufaktur dan properti, layanan, serta segmen investasi dan konsesi,” tuturnya.
------------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.