Bisnis.com, JAKARTA — PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) membidik sejumlah proyek hijau seperti energi baru terbarukan (EBT) hidrogen hingga bahan baku baterai lithium.
Teranyar, PTBA membuka peluang untuk mengembangkan EBT berbasis hidrogen. Langkah itu bertujuan memenuhi kebutuhan produksi dan transportasi ke depan.
Saat ini, Manajemen Bukit Asam tengah menggali peluang pengembangan EBT berbasis hidrogen baik untuk kebutuhan sendiri maupun mendukung penguatan kebutuhan kemitraan dalam sistem rantai bisnis transportasi dan produksi PTBA di masa depan.
“PTBA pun memiliki visi menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Maka diversifikasi bisnis ke bidang energi baru dan terbarukan (EBT) dilakukan,” ujar Corporate Secretary Bukit Asam Niko Chandra.
Sejauh ini, PTBA telah membangun PLTS di Bandara Soekarno-Hatta bekerja sama dengan PT Angkasa Pura II (Persero), yang sudah beroperasi penuh sejak Oktober 2020. PLTS tersebut berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC).
Selain dengan Angkasa Pura II, PTBA juga bekerja sama dengan Jasa Marga Group untuk pengembangan PLTS di jalan-jalan tol. PLTS berkapasitas 400 kWp di Jalan Tol Bali-Mandara telah selesai dibangun dan diresmikan pada 21 September 2022. Perusahaan pun bekerja sama dengan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) dalam pembangunan PLTS berkapasitas 23,07 kWp yang mencapai tahap COD pada Juni 2023.
Baca Juga
Sebelumnya, PTBA diketahui berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memulai pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai lithium-ion (Li-ion).
Konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet ini merupakan yang pertama di dunia. Artificial graphite merupakan bahan utama untuk pembuatan anoda.
Adapun, anode sheet adalah elektroda tempat terjadinya reaksi oksidasi (kutub positif), salah satu komponen penting untuk baterai Li-ion.
"Proyek ini merupakan langkah strategis yang tidak hanya mendukung diversifikasi usaha PTBA, tetapi juga memperkuat posisi kita dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik di masa mendatang," kata Direktur Portofolio & Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo seperti dikutip dari siaran pers, Senin (15/7/2024).
Dilo berharap proyek ini bisa berlanjut sampai tahap komersial. Dia mengatakan, keberlanjutan proyek ini sangat memerlukan dukungan dan kajian mendalam dari aspek keekonomiannya.
Sementara itu, Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan, pengembangan batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet merupakan wujud komitmen PTBA dalam mendukung kebijakan pemerintah untuk mendorong hilirisasi batu bara serta menjaga ketahanan energi nasional.
"Implementasi anode sheet berbahan baku batu bara ini merupakan yang pertama di dunia sehingga dapat menjadi salah satu terobosan penting dalam hilirisasi batu bara,” jelasnya.
Di sisi lain, Arsal mengatakan, pengembangan batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet bakal mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri.
“Pengembangan batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet juga akan mendukung kemajuan industri kendaraan listrik di dalam negeri,” jelasnya.
Kebutuhan artificial graphite dan anode sheet akan semakin meningkat di masa mendatang, seiring dengan pertumbuhan industri kendaraan listrik.
Tak hanya untuk industri kendaraan listrik, artificial graphite dan anode sheet juga dibutuhkan industri-industri lain seperti industri penyimpanan energi, elektronik hingga peralatan medis.
Hilirisasi tersebut sejalan dengan visi PTBA menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan, serta mendukung pencapaian target net zero emission (karbon netral) pada 2060 atau sebelumnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.