Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id:Peluang Pasar Modal Menutup 2024 hingga Performa Grup Astra

Peluang pasar modal hingga tutup tahun  hingga kinerja anak usaha Grup Astra menjadi berita pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News.
Top 5 News. Sumber: Canva.
Top 5 News. Sumber: Canva.

Bisnis, JAKARTA—Pasar modal di Tanah Air masih menghadapi beberapa peluang dan tantangan di sisa 2024. Hal tersebut perlu disiasati dan dimanfaatkan betul agar memberi nilai lebih.

Peluang pasar modal hingga tutup tahun  hingga kinerja anak usaha Grup Astra menjadi berita  pilihan editor BisnisIndonesia.id yang terangkum dalam Top 5 News edisi Selasa (30/7/2024). Berikut selengkapnya:

1. Peluang dan Tantangan Pasar Modal di Sisa 2024

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan bahwa terdapat beberapa peluang sampai akhir tahun 2024 untuk pasar modal. Pertama adalah ketahanan ekonomi domestik dengan kondisi ekonomi makro Indonesia yang cukup kuat..

"Kedua, terkait pemilu. Investor asing melakukan wait and see terkait pembentukan kabinet yang baru di bulan Oktober," ujar Iman dalam agenda ‘Bisnis Indonesia Midyear Challenge 2024’ di Jakarta, Senin (29/7/2024).

Menurut Iman, peluang juga datang dari beberapa investasi pemerintah seperti Ibu Kota Negara (IKN) dan pertumbuhan jumlah investor. Lalu, faktor-faktor lain seperti penerapan UUP2SK dan pengembangan produk investasi yang lebih beragam.

Efeknya, dapat dilihat dari Indonesia menjadi bursa yang paling banyak melakukan pencatatan atau listing saham di Asia Tenggara. Terdapat 934 perusahaan yang melantai di BEI hingga 19 Juli 2024.

Di sisi lain, tantangan yang akan dihadapi pasar modal Indonesia menurut Iman adalah adanya risiko investasi. Saat ini dampak inflasi lebih berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) daripada dampak kenaikan suku bunga.

2. Menarik Minat Realisasi Komitmen Investor Asing di Megaproyek IKN

Provinsi Kalimantan Timur masuk dalam lima besar wilayah dengan investasi jumbo. Utamanya, investasi yang masuk ke Kalimantan Timur ditopang oleh kehadiran proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan IKN menjadi wilayah favorit penanaman modal dalam negeri (PMDN) sepanjang semester I/2024 dengan realisasi investasi mencapai Rp24,4 triliun.

Angka ini mengalami kenaikan sebesar 8,9% dari periode yang sama tahun 2023 dimana realisasi investasi ke Kalimantan Timur mencapai Rp22,4 triliun.

Adapun empat lokasi lain realisasi PMDN pada paruh pertama tahun 2024 yakni DKI Jakarta sebesar Rp69,3 triliun, Jawa Barat sebesar Rp49,2 triliun, Jawa Timur Rp44,1 triliun, Riau Rp40,3 triliun dan Kalimantan Timur Rp24,4 triliun.

Namun demikian, dari sisi penanaman modal asing (PMA), Provinsi Kalimantan Timur tak menjadi pilihan yang diminati. Lokasi investasi yang paling banyak disasar oleh investor asing sepanjang semester I/2024 ditempati oleh Jawa Barat dengan nilai investasi mencapai US$5,3 miliar atau senilai Rp86,32 triliun (Asumsi kurs: Rp16.272).

Lalu dilanjutkan Sulawesi Tengah dengan realisasi investasi US$3,9 miliar Rp63,4 triliun, DKI Jakarta sebesar US$3,4 miliar Rp55,32 trililun, Maluku Utara US$2,8 miliar Rp45,56 triliun dan Banten US$2,4 miliar Rp39,05 triliun.

Namun demikian, Bahlil menuturkan telah terdapat minat investasi asing ke proyek IKN. Hanya saja, realisasi para PMA ke IKN baru bakal masuk usai pembangunan infrastruktur dasar tahap pertama rampung dilaksanakan pada September 2024. Investor asing dipastikan bakal masuk usai pembangunan infrastruktur dasar tahap pertama rampung dilaksanakan pada September 2024.

3. Pekerja Penuh Waktu Turun di Tengah Tingginya Realisasi Investasi

Penurunan angka pengangguran di Indonesia mencapai kondisi terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikian, tren pekerja penuh waktu justru terus menurun. Situasi ini terjadi di tengah tingginya investasi di dalam negeri.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pekerja penuh waktu dengan rerata bekerja 35 jam per minggu mencapai 93,27 juta orang atau sekitar 65,60% pada Februari 2024. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun lalu di level 66,48%.

Laporan ini diikuti oleh meningkatnya pekerja setengah pengangguran justru naik dari 6,91% pada Februari 2023 menjadi 8,52% pada Februari 2024. Pun demikian, pekerja paruh waktu turun dari 26,61 persen pada tahun lalu menjadi 25,88% pada 2024.

Secara keseluruhan, pekerja tidak penuh di dua kategori tersebut mencapai 48,91 juta orang atau setara 34,40%.

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mewanti-wanti masalah dalam data ketenagakerjaan RI yang walaupun secara persentase membaik, tetapi nyatanya produktivitas justru menurun dan mayoritas terisi oleh pekerja informal.

Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani menyampaikan pada dasarnya kondisi ketenagakerjaan memberikan dampak yang besar terhadap investasi.

“Jadi, masalah adalah kualitas pekerjaan, produktivitas dan potensi penghasilan pekerja. Dari data daya beli masyarakat fragile sekali terhadap tekanan-tekanan ekonomi khususnya dari kelas menengah bawah,” ucapnya dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024 di Raffles Hotel, Senin (29/7/2024).

Dia menekankan hal yang harus jadi perhatian bagi dunia usaha adalah rasio antara informal dan formal sektor. Pasalnya, pekerja informal masih jauh lebih tinggi di angka 59,17%, dari pada pekerja formal yang sejumlah 40,83% pada Februari 2024.

4. Kenaikan Investasi Asing RI di antara Ketergantungan Utang Asing

Masuknya investasi asing diharapkan dapat meningkatkan devisa negara, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur dan mengurangi ketergantungan padautang luar negari.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal asing (PMA) di Indonesia mencapai Rp217,3 triliun pada kuartal II/2024.

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia berujar, kinerja investasi tersebut mencatatkan tren positif, terutama di tengah kondisi ketidakpastian global yang masih sangat tinggi. “Bahkan 95 negara sudah jadi pasien IMF dan di balik ketidakpastian ekonomi global itu kita tetap bersyukur global masih mempercayai negara kita sebagai salah satu tujuan investasi. PMA masih tumbuh 16,6% [secara tahunan],” katanya dalam konferensi pers, Senin (29/7/2024).

Jika diperinci, berdasarkan sektor, realisasi PMA tercatat dari sektor industri logam dasar, brang logam, serta bukan mesin dan peralatannya, yaitu mencapai mencapai US$4,4 miliar. Realisasi PMA terbesar selanjutnya adalah pada sektor jasa lainnya sebesar US$1,0 miliar, diikuti sektor pertambangan US$0,9 miliar, sektor listrik, gas, dan air US$0,9 miliar, serta industri kimia dan farmasi US$0,8 miliar.

 Lebih lanjut, berdasarkan wilayah, realisasi PMA terbesar tercatat di Jawa Barat yang mencapai US$2,5 miliar, diikuti Sulawesi Tengah US$2,1 miliar, dan DKI Jakarta US$1,8 miliar.

Selain itu, Bahlil mengatakan realisasi PMA yang tinggi juga tercatat di Maluku Utara sebesar US$1,7 miliar dan Banten US$1,3 miliar. Bahlil menambahkan, berdasarkan negaranya, realisasi PMA terbesar adalah dari Singapura sebesar US$4,6 miliar dan dari China US$2 miliar.

Negara dengan realisasi PMA terbesar selanjutnya adalah Hong Kong sebesar US$1,9 miliar, diikuti Korea Selatan US$1,3 miliar, dan Amerika Serikat US$0,9 miliar. Adapun, secara total, Kementerian Investasi mencatat realisasi investasi pada kuartal II/2024 mencapai Rp428,4 triliun, tumbuh sebesar 22,5% secara tahunan.

5. Paruh Pertama 2024 yang Baik Bagi Dua Anak Usaha Grup Astra

Dua emiten Grup Astra (ASII) mencatatkan kinerja yang apik pada paruh pertama 2024. Hal tersebut terlihat dari laporan keuangan Perseroan yang telah diumumkan.

Yang paling anyar adalah anak usaha di sektor komponen otomotif, yaitu PT Astra Otoparts Tbk. Emiten dengan kode saham AUTO itu menorehkan kenaikan laba bersih dua digit kendati pendapatan mengalami penurunan tipis sepanjang semester I/2024.

Berdasarkan laporan keuangan Astra Otoparts di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih Perseroan melejit 26,48% secara year-on-year (YoY) dibandingkan periode 6 bulan pertama 2023. Dari Rp801,55 miliar menjadi Rp1,01 triliun.

Di lain sisi, pendapatan AUTO turun tipis 2% menjadi Rp9,19 triliun, dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp9,38 triliun.

Jika dilihat berdasarkan segmen, pendapatan AUTO ditopang oleh manufaktur komponen otomotif sebesar Rp5,25 triliun. Lalu, diikuti segmen perdagangan sebesar Rp4,66 triliun. Pendapatan itu dikurangi biaya eliminasi sebesar Rp731,06 miliar.

Penjualan pihak ketiga lokal AUTO naik menjadi Rp5,59 triliun. Penjualan ekspor juga naik menjadi Rp819,01 miliar dibandingkan semester I/2023 sebesar Rp530,8 miliar.

Sejalan dengan lesunya pendapatan, beban pokok AUTO juga turun 1,76% menjadi Rp7,76 triliun, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp7,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BisnisIndonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper