Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas melampaui level US$2.400 per troy ounce usai data inflasi AS yang melandai. Batu bara ditutup melemah dan CPO bervariatif.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (12/7/2024) harga emas di pasar spot melemah 0,07% ke level US$2.413,86 per troy ounce pada pukul 07.00 WIB.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 melemah 0,09% ke level US$2.419,80 per troy ounce pada pukul 06.50 WIB.
Mengutip Reuters, harga emas melonjak diatas US$2.400 per troy ounce dan mendekati rekor pada Mei 2024. Hal ini terjadi setelah penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) yang tak terduga.
Komoditas tersebut telah melonjak hingga 1,8% setelah data dari Biro Statistik Tenaga Kerja menunjukkan penurunan harga konsumen sebesar 0,1% per bulan, penurunan pertama dalam lebih dari empat tahun
Indeks harga inti lainnya, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik hanya 0,1% pada Juni 2024. Data ini semakin mendukung kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada September 2024.
Baca Juga
Ahli strategi komoditas senior di TD Securities, Ryan Mckay, menuturkan bahwa data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan memperkuat reli logam mulia.
"Kelompok makro utama yang selama ini tidak terlibat kemungkinan besar akan kembali tertarik pada emas,” ungkapnya.
Harga Batu Bara
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle tidak berubah pada level US$133,75 per metrik ton pada penutupan perdagangan Kamis (11/7). Kemudian, batu bara kontrak Agustus 2024 melemah 1,10% ke level US$134,50 per metrik ton.
Menurut laporan yang dirilis pada Kamis (11/7) pada paruh pertama 2024 China tidak mengizinkan proyek pembuatan baja dengan bahan bakar batu bara. Hal ini menjadi upaya untuk pertama kalinya sejak mengumumkan tujuan netralitas iklim utama pada 2020.
Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih dalam laporannya menuturkan bawa seluruh kapasitas pembuatan baja sebesar 7,1 juta ton per tahun yang diizinkan oleh pemerintah provinsi pada paruh pertama menggunakan tungku busur listrik, proses yang lebih bersih yang menggunakan sampah daur ulang dan listrik.
Beralih ke negara lain, Vietnam Electricity Group menuturkan bahwa cuaca panas ekstrem diperkirakan terjadi di Vietnam utara pada bulan ini. Hal ini diperkirakan akan mendorong permintaan puncak di wilayah tersebut menjadi lebih dari 27.000 megawatt pada Juli 2024.
Adapun wilayah tersebut memainkan peran penting dalam rantai pasokan elektronik global, mengalami pemadaman listrik besar-besaran pada 2023 karena cuaca panas dan malfungsi pada pembangkist listrik tenaga batu bara.
Harga CPO
Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Kamis (11/7) kontrak September 2024 menguat 22 poin ke 3.957 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kontrak Juli 2024 melemah 17 poin ke level 3.988 ringgit per ton.
Mengutip Bernama, kontrak berjangka CPO pada Kamis (11/7) mengakhiri penurunan selama lima hari berturut-turut dan berakhir lebih tinggi.
Pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa harga yang lebih tinggi tersebut didukung oleh harga minyak kedelai yang lebih kuat dan permintaan yang lebih baik untuk CPO dari India.
“Kami melihat level support harga di RM3.850 per ton dan resistensi di RM4.000,” tuturnya.
Sebelumnya, CPO telah berakhir lebih rendah pada Rabu (10/7) menyusul laporan dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) pada Juni 2024 yang menunjukan peningkatan stok. Sentimen pasar juga diredam oleh ekspektasi produksi yang lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang.