Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memberikan penjelasan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) terkait dengan pemberitaan yang menyebutkan perseroan akan melakukan pelepasan saham atau divestasi saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo Budiprabowo mengatakan bahwa perseroan sebagai pemegang saham pengendali BSI selalu berkomitmen untuk dapat berkontribusi terhadap pengembangan BSI dan industri syariah termasuk melalui pelaksanaan aksi korporasi.
"Dalam hal perseroan akan melakukan aksi korporasi, maka perseroan sebagai perusahaan terbuka akan melaksanakan prosesnya dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian dan akan tunduk pada ketentuan dan/atau peraturan yang berlaku termasuk pelaksanaan keterbukaan informasi," terangnya dalam keterangan resmi Selasa (9/7/2024).
Berdasarkan RTI Business, saat ini BNI sendiri terpantau menggenggam 23,24% dengan jumlah 10,72 miliar saham BSI.
Adapun pemegang saham pengendali lainnya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang memiliki 51,27% atau 23,74 miliar saham. Kemudian, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang juga menjadi pengendali yang mengoleksi 7,09 miliar atau sebesar 15,38% dari kepemilikan saham di BSI.
Pemerintah memegang saham dwiwarna di BSI, sedangkan kepemilikan publik atas saham BSI sebesar 9,87% atau 4,54 miliar saham.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan sejauh ini pihaknya masih akan mempertahankan kepemilikan saham BRIS.
Akan tetapi, pihaknya tak menampik fakta untuk melepaskan sebagian saham BRIS secara bertahap seiring diperlukannya modal untuk melakukan ekspansi ke sejumlah anak usaha.
“Intinya kami masih ingin punya [saham] BSI, tapi kalau memang nanti kita butuh modal untuk yang lain, pasti kita akan jual sebagian [saham BSI]. Kita kan ekspansi [mungkin] ke BNI Life atau BNI Asset Management, nanti kan sebagian kita akan alihkan ke tempat itu,” jelasnya usai agenda Peluncuran wondr by BNI, Jumat (5/7/2024).
Teranyar, kabar datang dari Kementerian BUMN yang melaporkan bahwa belum adanya investor strategis yang ideal bagi BSI dari Timur Tengah.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan opsi bagi BSI saat ini adalah dengan menambah porsi kepemilikan saham publik atau free float.
“Ini karena private investor di Timur Tengah belum ada yang ideal. Jadi, lebih ke penaikan free float," ujar Tiko, sapaan akrabnya setelah acara DBS Asian Insights Conference 2024 pada Selasa (21/5/2024).
_________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.