Bisnis.com, JAKARTA – Menguatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) oleh Federal Reserved atau The Fed dinilai tak serta-merta membuat saham indeks properti dalam negeri berkelit dari tren koreksi.
The Fed diperkirakan memangkas suku bunga acuannya pada September 2024. Ekspektasi ini dipicu rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS, indikator favorit bank sentral, yang naik 0,1% per Mei 2024 atau lebih lambat dari bulan sebelumnya 0,3%.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, M. Adityo Nugroho, menilai komentar Jerome Powell dalam konferensi kebijakan moneter di Portugal semalam, juga telah mengakui adanya progres positif terkait data inflasi selama satu tahun terakhir.
Namun, dia memandang The Fed tampaknya masih akan tetap menunggu angka inflasi AS turun lebih dalam hingga mencapai target yang ditetapkan yakni 2%. Oleh karena itu, implementasi penurunan suku bunga AS masih cenderung abu-abu.
“Sektor porperti kita di akhir tahun lalu sempat terbuai oleh peluang adanya pemangkasan suku bunga tahun ini, yang ternyata belum kelihatan realisasinya,” ujarnya Adityo saat dihubungi Bisnis pada Rabu (3/7/2024).
Dia pun melihat pelaku pasar sepertinya masih akan menantikan adanya realisasi pemangkasan suku bunga terlebih dahulu, baru melirik saham-saham di sektor properti.
Baca Juga
Dihubungi terpisah, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Vicky Rosalinda menyampaikan bahwa selain indeks PCE AS, investor juga perlu melihat indikator-indikator lain seperti pergerakan dolar AS hingga tingkat pengangguran.
“Dengan indikator-indikator pendukung tersebut sejalan dengan menurunnya PCE AS maka pemangkasan suku bunga acuan The Fed dapat dilakukan mulai September,” tuturnya.
Menurutnya, ada beberapa saham properti yang dapat dicermati investor karena kinerja keuangannya mampu bertahan bahkan tumbuh di tengah era suku bunga tinggi dan ketidakpastian ekonomi. Saham itu adalah SMRA, CTRA, dan BSDE.
Kiwoom Sekuritas merekomendasikan buy on weakness untuk saham SMRA dengan target harga Rp540 per lembar, sementara area support berada di level Rp496. Di sisi lain, saham CTRA dan BSDE direkomendasikan netral.
Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas menyematkan rekomendasi akumulasi beli untuk saham BSDE dengan target harga berada di level Rp1.020. Adapun saham CTRA juga meraih rekomendasi serupa dengan target price (TP) Rp1.205.
Pada penutupan perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan peningkatan sebesar 1,01% atau 71,61 poin menuju posisi 7.125,14. Tercatat, sebanyak 325 saham menguat, 216 saham menurun, dan 243 saham stagnan.
Seiring hal tersebut, indeks saham properti turut menguat 0,09% menuju level 594,23. Meski mengalami kenaikan, indeks ini masih mengalami koreksi sebesar 2,84% dalam sepekan terakhir dan melemah 8,75% selama satu bulan terakhir.
---------------------------
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.