Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Dibuka Melemah ke Rp16.416 28 Juni 2024

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah dan menyentuh level Rp16.416 pada Kamis (27/6/2024).
Ilustrasi foto mengenai karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi foto mengenai karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah dan menyentuh level Rp16.416 pada Kamis (27/6/2024). Pelemahan rupiah terjadi di tengah greenback yang juga mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 10,50 poin atau 0,06% menuju level Rp16.416 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS meningkat 0,16% ke posisi 106,07.

Sementara itu, mata uang lain di Asia dibuka bervariasi. Won Korea, misalnya mengalami penguatan 0,02%, yuan China sebesar 0,02%, dan rupee India menguat 0,14%. Di sisi lain, yen Jepang serta baht Thailand kompak melemah sebesar 0,17% dan 0,12%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp16.390 hingga Rp16.450 hari ini.

Menurutnya, pergerakan mata uang dipengaruhi oleh sentimen data indeks harga PCE, yang akan dirilis. Angka ini merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, dan diperkirakan akan menjadi faktor yang menentukan sikap bank sentral terhadap suku bunga.

"Data PCE diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit menurun pada bulan Mei, namun tetap berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2%. Inflasi yang stagnan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama," ujarnya.

Sementara itu, Ibrahim menuturkan bahwa dalam menghadapi kondisi yang tak menentu, para ekonom mengingatkan kepada pemerintah, Bank Indonesia (BI) dan pihak berwenang lainnya untuk ekstra hati-hati dalam mengawal mata uang rupiah.

"Terlepas dari level tersebut, pemerintah dan otoritas moneter untuk tidak membiarkan kurs rupiah tembus di level Rp 16.500 karena level tersebut merupakan level yang sangat kritis sehingga akan terus mengakumulasi sentimen negatif pelaku pasar keuangan dari yang sudah bermunculan saat ini," kata Ibrahim.

Dia menambahkan terdapat data-data ekonomi domestik yang mempengaruhi sentimen pasar, di antaranya defisit transaksi berjalan yang mengalami kenaikan dari US$1,1 miliar menjadi US$2,2 miliar pada kuartal pertama 2024.

Selain itu, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur RI turun dari 52,9 menjadi 52,1 pada Mei 2024, sementara Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) RI turun dari 127,7 menjadi sebesar 125,2 pada Mei 2024.

Faktor lainnya adalah peningkatan kepemilikan investor terhadap instrumen lain seperti SBN, SBSN, dan SRBI, penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley, dan volatilitas harga saham-saham tertentu.

---------------------------

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper