Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga riset pasar modal, PT Infovesta Utama menilai masuknya saham milik konglomerat Prajogo Pangestu ke papan pemantauan khusus full call auction (PPK FCA) akan semakin memberatkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Vice President Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan, level IHSG yang saat ini ada di kisaran 7.000 merupakan anomali, sebab hanya terdorong oleh saham-saham Grup Barito yakni BREN, BRPT, TPIA, CUAN, dan PTRO yang memiliki kapitalisasi pasar jumbo.
“Apa yang terjadi pada IHSG kalau saham-saham Prajogo Pangestu itu tidak dihitung? IHSG nilai wajarnya cuma 5.800 kalau tidak ada saham Grup Barito seperti BREN, TPIA, dan lain-lain,” ujar Wawan dalam kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia pada Rabu (5/6/2024).
Perlu diketahui, beberapa saham Prajogo Pangestu masuk kategori big cap, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) memiliki market cap Rp993,36 triliun, disusul PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) dengan market cap sebesar Rp748,32 triliun.
Kemudian, kapitalisasi pasar PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) sebesar Rp89,53 triliun, diikuti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) sebesar Rp84,88 triliun, dan PT Petrosea Tbk. (PTRO) sebesar Rp7,79 triliun.
Sebagai pengingat, Bursa Efek Indonesia (BEI) menjebloskan saham BREN milik konglomerat Prajogo Pangestu ke PPK full call auction pekan lalu, pada Rabu (29/5/2024).
Baca Juga
Selama sepekan, saham BREN pun ambles 26,67% ke level Rp7.425 per saham pada hari ini, Rabu (5/6).Selain itu, dari sisi kapitalisasi pasar BREN juga merosot signifikan setelah masuk PPK full call auction.
Padahal, sebelumnya saham BREN sempat memiliki kapitalisasi pasar tertinggi di Bursa, bahkan menyalip BBCA milik Hartono bersaudara.
“Kalau BREN lepas dari FCA mungkin bisa saja IHSG naik ke atas 7.600, karena kalau bicara kapitalisasi pasar, waktu itu BREN sempat ke Rp1.500 triliun atau yang terbesar di BEI, ini karena FCA jadi turun lagi,” kata Wawan.
Sejalan dengan masuknya BREN ke PPK full call auction, IHSG pun ambles 2,70% dalam sepekan dan parkir di level 6.947,67 pada Rabu (5/6). Sepanjang tahun berjalan, IHSG juga melemah 4,47% year-to-date (ytd).
Kendati demikian, Infovesta memprediksi hingga akhir 2024 IHSG berpeluang menyentuh 7.600. Adapun, sentimen paling dominan yang mempengaruhi IHSG masih dari kebijakan suku bunga Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed).
Sejauh ini, The Fed masih menahan suku bunga di level 5,25%-5,5%, namun Wawan mengatakan ekspektasi pasar terkait potensi penurunan suku bunga The Fed mulai bergeser dari semula pada September menjadi ke November 2024.
Adapun, IHSG juga tertekan oleh aksi jual investor asing. Pada Rabu (5/6) asing melakukan net sell sebesar Rp567,65 miliar, dan secara ytd aksi jual asing tercatat sebesar Rp7,1 triliun.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.