Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai penerbangan, PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) mencatatkan kerugian sebesar Rp1,08 triliun sepanjang 2023. Pada saat yang sama, pendapatan perseroan justru naik 75%.
Mengacu laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) rugi bersih CMPP susut 34,46% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp1,08 triliun, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp1,64 triliun.
Pada saat bersamaan, pendapatan AirAsia melesat 75,24% YoY menjadi Rp6,62 triliun, dibandingkan 2022 sebesar Rp3,78 triliun.
Direktur Utama CMPP Veranita Yosephine mengatakan AirAsia Indonesia masih melanjutkan pemulihan kinerja dari pandemi dengan mayoritas pendapatan berasal dari operasi penerbangan. Meskipun terjadi kenaikan harga bahan bakar serta biaya perbaikan dan pemeliharaan, perseroan masih menghasilkan pendapatan.
Secara terperinci, penjualan tiket kursi pesawat memberikan kontribusi sebesar Rp5,63 triliun, diikuti oleh pendapatan dari bagasi sebesar Rp731,74 miliar. Selain itu, pendapatan juga berasal dari layanan penerbangan sebesar Rp125,85 miliar, kargo Rp44,26 miliar dan charter Rp 14,08 miliar.
"Rute Denpasar menjadi sumber pendapatan utama senilai Rp2,63 triliun, diikuti oleh Jakarta senilai Rp2,58 triliun. Sementara itu, Surabaya dan Medan masing-masing mencatat angka Rp784 miliar dan Rp624 miliar," ujar Veranita dalam keterangan resmi, dikutip Senin (13/5/2024).
Baca Juga
Seiring kenaikan pendapatan, beban usaha CMPP juga naik 43,79% menjadi Rp7,32 triliun pada 2023, dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp5,09 triliun.
Alhasil, CMPP mencatat rugi usaha sebesar Rp702,61 miliar, atau turun 46,59% dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp1,31 triliun.
Adapun, kas dan setara kas pada akhir tahun perseroan tercatat melesat 110,41% menjadi Rp56,25 miliar, dibandingkan posisi tahun 2022 sebesar Rp26,73 miliar.
Berdasarkan neraca, total aset CMPP tercatat sebesar Rp6,11 triliun per 31 Desember 2023, dibandingkan posisi akhir 2022 sebesar Rp5,35 triliun.
Liabilitas perseroan naik menjadi Rp14,01 triliun, dibanding 2022 sebesar Rp12,17 triliun. Sementara itu CMPP mencatat defisiensi modal atau ekuitas negatif Rp7,90 triliun, dibandingkan 2022 sebesar Rp6,81 triliun.
"Manajemen Indonesia AirAsia sedang aktif dalam memperoleh sumber pendanaan melalui beberapa skema potensial. Selain itu, manajemen PT AirAsia Indonesia Tbk. [CMPP] juga aktif mencari solusi untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kelangsungan operasional perusahaan," pungkasnya.
Per Maret 2024, AirAsia Indonesia melayani 33 rute, termasuk 12 rute domestik dan 21 rute internasional. Tingkat ketepatan waktu (OTP/On Time Performance) meningkat 14% dari 73% pada kuartal I/2023 menjadi 87% pada kuartal I/2024. Tingkat keterisian penumpang pada tiga bulan pertama 2024 sebesar 83%, atau naik 2% dari periode sama 2023.
Jumlah penerbangan selama kuartal pertama 2024 tercatat sebanyak 10,874 penerbangan meningkat sebesar 30% dari kuartal I/2023. Total penumpang tercatat sebanyak 1,63 juta atau meningkat sebesar 33% dari periode tiga bulan pertama 2023.