Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver Lepas Landas Garuda (GIAA) Dibayangi Volatilitas Rupiah & Harga Avtur

Tingginya harga avtur dan volatilnya nilai tukar rupiah tak menyurutkan optimisme PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) untuk meraih profitabilitas pada tahun ini.
Karyawan melakukan perawatan pesawat milik PT Garuda Indonesia (GIAA) di dalam hanggar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, Kamis (30/6/2022). Bloomberg/ Dimas Ardian
Karyawan melakukan perawatan pesawat milik PT Garuda Indonesia (GIAA) di dalam hanggar di Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, Kamis (30/6/2022). Bloomberg/ Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA —  Tingginya harga avtur dan volatilnya nilai tukar rupiah tak menyurutkan optimisme PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) untuk meraih profitabilitas. Serangkaian strategi dipersiapkan emiten pelah merah tersebut agar kinerja keuangan dan fundamental berbalik positif pada 2024.

Sebagaimana diketahui, tingginya harga avtur dan volatilitas rupiah kerap kali menghambat laju pertumbuhan maskapai penerbangan. Untuk itu, Garuda Indonesia berinisiatif mengajukan revisi tarif batas atas (TBA) ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan Kemenhub perlu mengkaji TBA saat ini yang disebut tidak pernah berubah selama lima tahun belakangan.

“Artinya jangan TBA tidak berubah dalam 5 tahun tapi nilai tukar berubah, harga avtur dibandingkan 5 tahun lalu [juga berubah].

Kalau terus begini semua maskapai akan menghadapi permasalahan yang sama,” kata Irfan kepada wartawan, Minggu (12/5/2024).

Lebih lanjut, Irfan menjelaskan harga avtur yang tinggi dan nilai tukar rupiah yang volatil berpengaruh besar terhadap beban pokok. Menurut Irfan, Kemenhub harus bisa lebih fleksibel terhadap kondisi eksternal termasuk harga avtur dan nilai tukar.

“Harga fuel dan exchange rate kita ga bisa kontrol. Kan tidak mungkin kita minta Pertamina untuk kasih diskon terus-terusan,” kata dia.

Jika mengacu laporan keuangan kuartal I/2024, GIAA memang mencatatkan kenaikan beban usaha menjadi sebesar US$702,92 juta dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu sebesar US$605,18 juta.

Beban terbesar merupakan beban operasional penerbangan yang tercatat sebesar US$371,07 juta atau naik tipis dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar US$346,17 juta.

Meski begitu, Irfan optimistis Garuda Indonesia mampu membalikan rugi menjadi laba pada tahun ini. Perbaikan pada sisi laba bersih tersebut, lanjutnya, akan ditopang oleh pertumbuhan pendapatan yang ditargetkan double digit.

“[Target berbalik laba] tahun ini, kalau kita bisa melakukan evaluasi pencatatan akuntansi bukan hanya equity tapi juga profitabilitas terdampak. Pertumbuhan double digit lah,” ujar Irfan.

Guna dapat mencapai target tersebut, Irfan menyebut GIAA menyiapkan capex yang tidak terlalu banyak. Namun dia enggan merincikan. 

Sementara itu, anggaran opex juga akan digunakan untuk rencana penambahan 8 armada pesawat baru sepanjang 2024.

“Untuk capex kita ga banyak. Rencananya tambah maskapai 8, masuk ke opex karena sewa,” kata dia.

Seperti yang diketahui GIAA mencatatkan kenaikan pendapatan sepanjang kuartal I/2024. GIAA mencatatkan pendapatan sebesar US$711,98 juta. Pendapatan tersebut naik 18% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$602,99 juta. 

Kondisi tersebut membuat rugi GIAA susut sebesar 21,10% menjadi US$87,03 juta. Padahal pada kuartal I/2023 lalu, GIAA mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$110,04 juta.

Sebelumnya, Garuda Indonesia tercatat telah mengangkut sebanyak 5,42 juta penumpang sepanjang kuartal I/2024. Jumlah tersebut naik sekitar 19% dibandingkan periode kuartal I/2023 lalu. 

Secara terperinci, sebanyak 2,42 juta penumpang diantaranya diangkut oleh Garuda Indonesia. Sementara itu, 3 juta penumpang diangkut oleh entitas anak GIAA, yakni PT Citilink Indonesia.

Irfan menyebut, trafik penumpang di periode tersebut juga mencatatkan peningkatan signifikan Dia mengatakan, trafik penumpang rute penerbangan internasional tercatat tumbuh sebesar 47,59% dibandingkan pada kuartal I/2023, menjadi 536.441 penumpang.

“Pertumbuhan signifikan penumpang rute internasional tersebut menjadi outlook menjanjikan dan menandakan momentum pemulihan bagi trafik penerbangan internasional kami tahun ini. Hal ini akan terus kami optimalkan dengan berbagai upaya peningkatan frekuensi penerbangan secara terukur selaras dengan peningkatan demand pasar,” pungkas Irfan.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper