Bisnis.com, JAKARTA – PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) dan anak usahanya PT Erafone Artha Retailindo menandatangani perjanjian perpanjangan fasilitas kredit dengan PT Bank CTBC Indonesia hingga 7 Februari 2025.
Melansir keterbukaan informasi, Senin (6/5/2024), penandatanganan telah dilakukan pada 2 Mei 2024. Sementara itu, jangka waktu yang disepakati dalam perjanjian perpanjangan fasilitas kredit tersebut jatuh pada 7 Februari 2025 dengan bunga 7%.
Secara rinci, perpanjangan fasilitas kredit yang telah ditandatangani adalah pinjaman jangka menengah dengan plafon Rp450 miliar serta transaksi valuta asing senilai US$1,5 juta. Dua fasilitas kredit ini ditarik oleh ERAA.
Adapun Erafone meraih pinjaman jangka pendek sebesar Rp150 miliar, pinjaman atas permintaan senilai Rp30 miliar, dan pinjaman rekening koran Rp20 miliar.
Kepala Bidang Hukum dan Sekretaris Perusahaan ERAA Amelia Allen menuturkan tujuan dari transaksi tersebut adalah pembiayaan keperluan modal kerja, baik untuk ERAA maupun Erafone dan tujuan lain yang berhubungan dengan transaksi usaha.
“Penandatanganan perjanjian perpanjangan fasilitas kredit ini tidak memiliki dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, atau kelangsungan usaha dari anak perusahaan ataupun perseroan. Namun, hal ini akan menambah kewajiban keuangan,” pungkasnya.
Baca Juga
Sebagai informasi, ERAA bergerak di bidang distribusi dan ritel perangkat komunikasi seluler, seperti ponsel dan tablet, kartu modul identitas pelanggan atau kartu SIM, isi ulang voucer operator jaringan seluler, aksesori, hingga perangkat Internet of Things.
Sementara Erafone merupakan perusahaan yang dikendalikan ERAA dengan kepemilikan langsung 99,82%. Perusahaan ini bergerak di bidang ritel dan distribusi gadget seluler.
Jika menengok laporan keuangan perusahaan, Erajaya dan entitas anak membukukan penjualan neto senilai Rp60,14 triliun sepanjang 2023. Penjualan netto Erajaya tumbuh 21,56% dibandingkan periode 2022 yakni Rp49,47 triliun.
Peningkatan kinerja ERAA didongkrak dari penjualan telepon seluler dan tablet. Penjualan pada segmen ini tumbuh 23,91% secara tahunan. Alhasil, penjualan telepon seluler dan tablet menjadi Rp47,91 triliun dari semula mengantongi Rp38,67 triliun.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.