Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham-saham Potensial Cuan saat IHSG Hadapi Fenomena Sell in May

Deretan saham potensial cuan saat IHSG berisiko melemah karena tekanan jual seiring dengan adanya fenomena Sell in May.
Deretan saham potensial cuan saat IHSG berisiko melemah karena tekanan jual seiring dengan adanya fenomena Sell in May. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Deretan saham potensial cuan saat IHSG berisiko melemah karena tekanan jual seiring dengan adanya fenomena Sell in May. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Memasuki bulan Mei 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berisiko melemah karena dibayangi tekanan jual seiring dengan adanya fenomena Sell in May and Go Away. Analis pun merekomendasikan beberapa saham potensial seperti CUAN, NCKL hingga BBRI.

Fenomena Sell in May and Go Away mengacu pada strategi investor yang mengurangi porsi saham pada bulan Mei. Tren tersebut umumnya diramaikan oleh aksi investor asing yang meninggalkan pasar saham untuk pergi berlibur selama musim panas, lalu masuk kembali ke pasar saham pada November.

Adapun, IHSG ditutup melemah 1,61% atau 116,77 poin ke level 7.117,42 pada perdagangan Kamis (2/5/2024). Namun secara year-to-date (ytd), IHSG telah terkoreksi 2,14%.

Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan mengatakan, secara historis IHSG menunjukkan bahwa tren Sell in May and go away tidak selalu berlaku. Dalam 20 tahun terakhir, IHSG lebih sering menguat selama Mei, dengan 11 kali naik dan 9 kali turun.

"Namun, dalam 5 tahun terakhir, kecenderungan IHSG untuk melemah selama Mei mulai terlihat. Oleh karena itu, meskipun IHSG telah melemah secara ytd, tidak dapat dipastikan apakah tren ini akan berlanjut di bulan Mei," ujar Reza kepada Bisnis, dikutip Kamis, (2/5/2024).

Menurutnya, beberapa sentimen yang perlu dicermati pada pasar saham yaitu pertumbuhan ekonomi global, kebijakan moneter, dan perdagangan internasional. Pasalnya, IHSG juga dipengaruhi sentimen The Fed yang menahan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5% pada FOMC 1 Mei 2024.

Investor juga perlu mengamati kondisi ekonomi domestik seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan kebijakan pemerintah. Selain itu, mencermati kinerja emiten-emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti laba rugi, pertumbuhan pendapatan, dan proyeksi masa depan.

IHSG
IHSG

Sejarah Sell in May and Go Away 

Vice President Corporate Finance Institute (CFI) Andrew Loo menjelaskan, jika investor mengikuti strategi Sell in May and Go Away, mereka menjual saham pada awal Mei, atau selama akhir musim semi, dan hasilnya disimpan dalam bentuk tunai.

Kemudian, para investor akan berinvestasi lagi pada November, atau di akhir musim gugur. Dengan mengikuti strategi ini, investor akan menghindari memegang saham selama bulan-bulan musim panas.

Istilah tersebut awalnya berasal dari sebuah pepatah kuno di Inggris yang berbunyi: “Sell in May and go away, and come back on St. Leger’s Day” yang mengacu pada arena balap atau pacuan kuda.

Pepatah tersebut biasa dilontarkan di antara para pedagang, bangsawan, dan bankir di kota London ini sebetulnya merujuk pada kebiasaan mereka yang suka meninggalkan kota selama berbulan-bulan sepanjang musim panas untuk kemudian kembali pada pertengahan September untuk menonton gelaran pacuan kuda, St. Leger’s Day, di arena balap Doncaster, South Yorkshire.

Andrew Loo mengatakan, salah satu alternatif untuk Sell in May and Go Away yang direkomendasikan oleh para analis adalah dengan merotasi dan memvariasikan portofolio daripada menjual investasi di bulan Mei.

"Alternatif lainnya bagi investor yang memiliki tujuan jangka panjang adalah dengan membeli dan menahan investasi atau tidak menjual investasinya di musim semi, namun tetap mempertahankan investasi tersebut dalam portofolio," ujar Andrew dikutip dari laman resmi CFI Kamis (2/5/2024).

Menurutnya, data historis secara umum mendukung pepatah Sell in May and Go Away selama bertahun-tahun dan sejak 1945. Indeks S&P 500 telah mencatat kenaikan rata-rata kumulatif enam bulan sebesar 6,7% pada periode antara November hingga April, dibandingkan dengan kenaikan rata-rata sekitar 2% antara Mei dan Oktober.

Selain itu, S&P 500 biasanya menghasilkan imbal hasil positif sekitar dua pertiga dari periode Mei hingga Oktober, sementara persentase tersebut meningkat menjadi 77% dari November hingga April.

Berikut Rekomendasi Saham dari Henan Putihrai Asset Management:

CUAN

Trading Buy : Rp6.300

Target Price 1 : Rp7.100

Target Price 2 : Rp7.450

Stop Loss    : Rp5.500

DSNG

Trading Buy : Rp670

Target Price 1 : Rp705

Target Price 2 : Rp725

Stop Loss : Rp635

MTDL

Trading Buy : Rp565

Target Price 1 : Rp615

Target Price 2 : Rp640

Stop Loss         : Rp525

BBRI

Buy : Rp4.840-Rp4.860

Target Price 1 : Rp5.050

Target Price 2 : Rp5.300

Stop Loss : Rp4.670

NCKL

Buy : Rp950

Target Price 1: Rp970

Target Price 2: Rp1.020

___________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper