Bisnis.com, JAKARTA – Harga aset kripto Bitcoin (BTC) diperkirakan masih berpotensi meningkat dan mencapai US$100.000 hingga akhir 2024.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menyampaikan bahwa pergerakan BTC telah mengalami lonjakan singkat ke rekor tertinggi baru di US$73.680 dan diikuti dengan penurunan cepat ke level terendah US$59.630.
Menurutnya, hal ini menunjukkan keraguan di kalangan trader dan investor mengenai arah pasar selanjutnya, terlebih setelah BTC halving tidak ada perubahan signifikan.
Dia menjelaskan, selama pekan ini pasca halving pada 20 April lalu, Bitcoin masih dalam tekanan dan sentimen negatif. Beberapa faktor yang mempengaruhi termasuk yaitu antisipasi laporan pendapatan kuartal perusahaan teknologi di Amerika Serikat (AS) hingga konflik Israel-Iran.
"Kinerja negatif Bitcoin pada pekan ini dapat dikaitkan, dengan ketakutan akan koreksi pasar saham AS, meningkatnya krisis di Timur Tengah, dan berkurangnya kepercayaan terhadap perekonomian China. Selain itu, tingkat pendanaan yang berubah menjadi negatif untuk pertama kalinya tahun ini, tepat sebelum peristiwa halving baru-baru ini. Tingkat pendanaan negatif menunjukkan bahwa sentimen pasar telah berubah ke arah bearish ketika posisi short lebih besar daripada posisi long," katanya melalui keterangan resmi, dikutip Sabtu (27/4/2024).
Menurut Fyqieh, siklus halving pada tahun ini akan sedikit berbeda dibandingkan peristiwa sebelumnya. Sejauh ini, sudah terjadi empat kali halving Bitcoin, pada 20 April, sebelumnya terjadi pada 11 Mei 2020, 9 Juli 2016, dan 28 November 2012.
Baca Juga
Halving kali ini mengakibatkan penurunan imbalan penambangan Bitcoin sebesar 50%, dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC.
Akibatnya, jumlah Bitcoin yang beredar semakin langka sehingga menyebabkan lonjakan permintaan di kalangan investor. Hal ini terutama karena persediaan Bitcoin terbatas, dengan hanya maksimal 21 juta koin yang beredar selamanya.
"Pergerakan harga Bitcoin akan sedikit berbeda setelah halving tahun ini, karena BTC telah mengalami lonjakan yang cukup besar, dan bahkan mencapai rekor tertinggi baru sebelum halving itu sendiri. Oleh karena itu, seluruh siklus harga yang biasanya mengelilingi peristiwa ini tampaknya menjadi lebih terkompresi," jelasnya.
Dia menambahkan, alasan utama lainnya mengapa halving Bitcoin ini belum menyebabkan lonjakan harga yang tinggi, adalah karena The Fed yang belum memberikan sinyal kuat untuk penurunan suku bunga.
Fyqieh memperkirakan, harga maksimum Bitcoin yang masih memiliki peluang untuk dicapai oleh BTC hingga akhir tahun ini adalah sekitar US$100.000 atau sekitar Rp1,6 miliar.
Namun, pencapaian ini juga bergantung pada sentimen pasar serta potensi permintaan besar dari institusi.
Fyqieh mengatakan, jika dilihat ke belakang, halving pada 2012 menandai awal dari kenaikan Bitcoin yang meroket, mendorong harganya sebesar 92x lipat pasca-halving.
Lebih lanjut, peristiwa halving berikutnya pada 2016 dan 2020, menunjukkan peningkatan yang signifikan masing-masing sebesar 30x dan 8x.