Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Hari Ini (4/4) Setelah Catatkan Rekor ATH Usai Ketua The Fed Berpidato

Emas kembali menyentuh rekor tertinggi setelah pidato ketua The Fed Jerome Powell. Sementara harga komoditas batu bara dan CPO melemah.
Ilustrasi emas batangan 24 karat. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi emas batangan 24 karat. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Komoditas emas telah menyentuh kembali rekor tertinggi setelah ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) berpidato. Sedangkan harga komoditas batu bara dan CPO melesu. 

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (4/4/2024), harga emas spot menguat -0,03% ke US$2.300,6 per troy ounce pada pukul 08.04 WIB. 

Harga emas kembali menyentuh rekor tertinggi, yang juga memperpanjang reli selama berminggu-minggu setelah ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell, menegaskan bahwa mungkin akan tepat untuk menurunkan suku bunga 'pada suatu saat di tahun ini'. 

Emas batangan naik sebanyak 0,9% ke level tertinggi baru sepanjang masa di US$2.301,21 per ounce. Meskipun Powell mengulangi pendekatan wait and see yang dilakukan The Fed, jalur penurunan suku bunga yang dilakukan bank sentral AS tetap tidak berubah

“[Hal ini] sangat positif bagi emas karena menunjukkan bahwa The Fed akan melakukan pemotongan secara signifikan sebelum target inflasi tercapai,” terang kepala strategi komoditas global di TD Securities, Bart Melek.

Harga Batu Bara 

Mengutip data Bloombergharga batu bara berjangka kontrak April 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Rabu (3/4) melesu -1,97% atau -2,60 poin ke level 129,65 per metrik ton. Kemudian, kontrak pengiriman untuk Mei 2024 juga melesu -1.94% atau -2,60 poin ke level 131,40 per metrik ton. 

Mengutip Energyworldpejabat kementerian listrik India mengatakan bahwa negaranya akan terus bergantung pada listrik yang dihasilkan dengan menggunakan batu bara selama musim panas berikutnya, ketika puncak permintaan diproyeksi melebihi 260 gigawatt. 

Adapun, hal tersebut lantaran ada kemungkinan kondisi panas yang hebat di beberapa bagian negara tersebut. Sementara kapasitas terbarukan terus ditambahkan, pihak berwenang tengah membangun stok batu bara di pembangkit listrik untuk memenuhi puncak permintaan. Tenaga surya akan membantu memenuhi permintaan tersebut.

Departemen Meteorologi India memperkirakan bahwa India akan mengalami panas ekstrem selama periode musim panas, yakni pada April-Juni 2024. Bagian tengah dan barat semenanjung diperkirakan akan mengalami dampak terburuk. 

Kemudian, menurut perkiraan Kementerian Tenaga Listrik, permintaan puncak di India dapat mencapai 260 gigawatt selama musim panas ini, yakni lebih tinggi dari rekor 243 gigawatt pada September 2023. 

Harga CPO Harta Ini

Berikutnya, untuk harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada April 2024 melemah -29 poin menjadi 4.550 ringgit per metrik ton. Kontrak acuan, Juni 2024 tidak berubah dan berada di level 4.407 ringgit per metrik ton.

Mengutip Bernamaseorang dealer mengatakan bahwa kontrak berjangka CPO di Bursa Derivatif Malaysia telah melanjutkan reli pada Rabu (3/4) hingga ditutup di atas 4.400 ringgit per metrik ton. Hal ini juga menyusul lonjakan harga minyak mentah. 

Pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa ekspektasi permintaan yang lebih baik dalam beberapa minggu mendatang juga dilihat dapat meningkatkan sentimen pasar. 

“Kami melihat dukungan pada RM4.300 per ton dan resistensi pada RM4.500 per ton,” jelasnya. 

Kepala penelitian komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, menuturkan bahwa kontrak berjangka CPO terlihat melanjutkan pergerakan bullish hingga melewati resistensi psikologis, menyusul menguatnya kontrak berjangka minyak nabati China pada jam-jam Asia dan kinerja minyak kedelai Chicago Board of Trade (CBOT) pada Selasa (2/4).

Bagani juga mengatakan bahwa aktivitas dana CPO dinilai kuat. Ekspektasi penurunan persediaan minyak sawit Malaysia dan pertumbuhan yang lebih rendah dari perkiraan terlihat mendukung harga minyak sawit. 

Selain itu, kinerja ekspor Malaysia yang menguat pada Maret 2024 menambah sentimen bullish. 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup melemah -0,42% terhadap dolar AS pada Rabu (3/4). Ringgit yang menguat melemah minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper