Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Alasan Memburu Saham PTPP hingga Pembatasan Pertalite Mencuat Lagi

Pertimbangan membeli lagi saham PT PP (Persero) Tbk. Hingga ide membatasi kembali penggunaan Pertalite
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Saham emiten BUMN sektor jasa konstruksi, PT PP (Persero) Tbk. mulai kembali diminati oleh investor di pasar, terlihat dari peningkatan harganya yang cukup pesat akhir-akhir ini. Kinerja keuangan yang positif, langkah divestasi, serta perolehan kontrak baru menjadi beberapa sentimen utama penopang daya tarik emiten berkode PTPP ini.

Emiten BUMN Karya akhir-akhir ini cenderung kehilangan pamor, terutama akibat kasus gagal bayar yang menerpa dua emiten ke kelompok ini, yakni PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA). Hingga kini, saham kedua emiten ini masih disuspensi Bursa.

Meski begitu, PTPP terlihat masih cukup menjanjikan, dengan struktur keuangan yang relatif lebih solid. Perseroan pun membuktikan itu dengan laporan kinerja keuangan yang menggembirakan untuk periode akhir 2023 yang telah dirilis awal pekan ini, Senin (4/3/2024).

Perseroan sukses mencetak peningkatan laba bersih hingga 77,17% secara tahunan atau year-on-year (YoY) sepanjang 2023 menjadi Rp481,36 miliar, meskipun pendapatannya hanya meningkat tipis 5,67% YoY menjadi Rp19,99 triliun.

Artikel tentang melirik saham PT PP (Persero) Tbk. menjadi salah satu berita pilihan BisnisIndonesia.id hari ini, Sabtu (9/3/2024). Selain berita tersebut, beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id. Berikut ulasannya:

 

Sinyal Sukses IIMS 2024 Untuk Saham Sektor Otomotif

Suksesnya salah satu event otomotif terbesar Indonesia tahun ini, Indonesia International Motor Show 2024 bulan lalu menjadi sinyal positif bagi kinerja sektor otomotif tahun ini. Lantas, bagaimana prospek saham emiten di sektor ini?

Event tahunan tersebut telah selesai digelar pada 13-23 Februari 2024 lalu dengan nilai transaksi mencapai rekor sebesar Rp6,7 triliun. Capaian ini setara dengan peningkatan sebesar 26,4% dibanding nilai transaksi dari event yang sama tahun lalu.

Secara total, ada 19.200 unit mobil dan motor yang berhasil ditransaksikan di gelaran ini, meningkat 22,9% dibanding tahun lalu atau secara year-on-year (YoY). Dari jumlah tersebut, sebanyak 35% di antaranya adalah dari kendaraan listrik.

Meski demikian, rata-rata harga penjualan atau average selling price (ASP) tercatat hanya tumbuh 2,9% YoY, sedangkan total pengunjung tumbuh 20% YoY menjadi 562.464 orang.

 

Was-was Industri Sarung Tangan Hadapi Kelangkaan Gas

Indonesia Rubber Glove Manufacturer Association (IRGMA) menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kondisi gas industri yang langka di sejumlah wilayah sehingga penggunaannya dibatasi oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN).

Melalui surat Nomor 040/IRGMA/III/2024 yang dibuat pada Senin (4/3/2024), Ketua Umum IRGMA Rudy Ramadhan meminta Presiden Jokowi untuk turun tangan menyelesaikan masalah kelangkaan tersebut.

"Kami sampaikan permasalahan yang tengah dihadapi industri, terjadi kelangkaan pasokan gas untuk industri di Jawa bagian Barat sehingga industri dibatasi pemakaiannya oleh PT PGN berdasarkan kuota harian sebesar 61% dari kontrak," katanya menjelaskan isi surat tersebut.

Dalam surat itu disebutkan penggunaan gas di atas kuota harian yang dibatasi PGN akan dikenai biaya penalti pada periode Februari-Maret 2024. Kondisi tersebut, katanya, berpotensi menurunkan utilitas produksi dan memberatkan industri.

 

Alasan Untuk Kembali Memburu Saham PTPP

Tampaknya bukan hanya faktor kinerja keuangan yang menjadikan saham PTPP diserbu investor. Perseroan juga mengungkapkan rencana untuk meningkatkan aktivitas divestasi aset tahun ini.

Divestasi aset akan memberikan ruang gerak lebih leluasa bagi PTPP untuk mengakselerasi bisnisnya ke segmen yang dapat menghasilkan perputaran keuntungan lebih cepat, seiring dengan adanya tambahan dana segar hasil divestasi.

“Target divestasi kami kalau di RKAP [Rencana Kerja Anggaran Perusahaan] sebesar itu [Rp3 triliun],” ujar Direktur Utama PTPP, Novel Arsyad, saat ditemui di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Kamis (7/3/2024) malam.

Target tersebut lebih tinggi dibanding target tahun lalu yang senilai Rp1,4 triliun. Dia pun berharap divestasi tersebut dapat memberikan kontribusi positif terhadap laba bersih perseroan. Adapun, tahun ini PTPP menargetkan pertumbuhan laba bersih hingga 10% dibandingkan dengan realisasi tahun lalu.

 

Jumlah Leasing Lokal Susut, Investor Asing Gencar Ekspansi

Jumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance terus mengalami penurunan cukup konsisten sejak 2016. Sementara itu, investor asing justru gencar melakukan ekspansi di Indonesia lewat akuisisi.

Berdasarkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perusahaan Pembiayaan 2024–2028, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa jumlah perusahaan pembiayaan tercatat sebanyak 147 perusahaan sepanjang 2023. Sementara itu, jumlah pemain di industri pembiayaan pada 2016 mencapai sekitar 200 perusahaan.

“Penurunan jumlah perusahaan pembiayaan selama periode tersebut disebabkan adanya perusahaan pembiayaan yang dikenakan sanksi berupa pencabutan izin usaha,” ungkap OJK dalam Roadmap, dikutip pada Jumat (8/3/2024).

Adapun sepanjang 2017-2023, terdapat 46 perusahaan pembiayaan yang dikenakan sanksi berupa pencabutan izin usaha yang disebabkan antara lain sebagai tindak lanjut pemeriksaan yang dilakukan oleh OJK. Serta, pengembalian izin usaha karena sudah tidak beroperasi sebagai perusahaan pembiayaan maupun dampak dari merger.

 

Harga BBM Tidak Naik, Pembatasan Pertalite Mencuat

Wacana pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite kembali mengemuka setelah sempat tenggelam dengan berbagai strategi pengaturan, termasuk pengawasan penyediaan dan pendistribusian bensin dengan nilai oktan (RON) 90 tersebut.

Kendati wacana pengaturan pembelian Pertalite secara lebih terperinci berdasarkan klasifikasi konsumen pengguna seperti yang diterapkan pada Solar tersebut sudah digaungkan sejak pertengahan 2022 lalu, nyatanya sampai hari ini tak kunjung terealisasi.

Hal itu dikarenakan revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 yang diharapkan dapat dengan tegas menetapkan kelompok masyarakat yang berhak menggunakan Jenis BBM Tertentu (JBT) Solar dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) Pertalite tak kunjung terbit.

Namun, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut bahwa beleid pembatasan pembelian BBM bersubsidi, Pertalite bakal rampung dalam waktu dekat. Target penyelesaian revisi Perpres 191/2014 itu seiring dengan rencana pemerintah untuk menahan harga BBM dan tarif listrik tidak naik sampai Juni 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper