Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) mencatatkan penurunan kinerja pendapatan maupun laba bersih pada 2023. Analis memperkirakan penurunan ini masih akan terjadi hingga akhir tahun ini.
PTBA mencatatkan pendapatan sebesar Rp38,48 triliun di tahun 2023 ini. Pendapatan ini turun 9,75% dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp42,64 triliun.
Pendapatan ini didorong dari pendapatan batu bara dari pihak berelasi sebesar Rp18,2 triliun. Pihak berelasi tersebut adalah PLN Grup sebeasr Rp12,3 triliun dan MIND ID Trading Pte. Ltd sebesar Rp3,82 triliun. Sementara itu, pendapatan dari pihak ketiga adalah sebesar Rp19,7 triliun.
Kemudian, penjualan terbesar PTBA secara geografis adalah di Indonesia dengan penjualan sebesar Rp17,53 triliun. Selanjutnya yakni penjualan ke India sebesar Rp6,12 triliun, Tiongkok sebesar Rp3,04 triliun, dan Korea sebesar Rp4,33 triliun.
Lalu penjualan ke Kamboja sebesar Rp1,41 triliun, Vietnam sejumlah Rp1,18 triliun, Bangladesh sebesar Rp1,1 triliun, dan Jepang sebesar Rp957,4 miliar.
Akan tetapi, penurunan pendapatan ini tidak diikuti dengan penurunan beban pokok pendapatan PTBA. Beban pokok pendapatan PTBA naik menjadi Rp29,3 triliun, dari Rp24,6 triliun atau meningkat 18,84% secara tahunan.
Baca Juga
Alhasil, laba bersih PTBA tergerus hingga 51,42% secara tahunan atau year on year (yoy). Laba bersih PTBA berkurang dari Rp12,5 triliun di akhir 2022, menjadi Rp6,10 triliun sepanjang 2023.
Sebelumnya, Corporate Secretary PTBA Niko Chandra mengatakan total produksi batu bara PTBA pada Januari-Desember 2023 mencapai 41,9 juta ton, tumbuh 13% dibanding tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton.
Capaian produksi ini melampaui target sebesar 41 juta ton yang ditetapkan pada awal tahun 2023. Niko menjelaskan kinerja produksi yang positif didukung kotribusi kontraktor jasa pertambangan dan cucu usaha PTBA PT Satria Bahana Sarana (SBS) sebesar 37,7 juta ton. Adapun, sisanya sebesar 4,2 juta ton atau 10% merupakan hasil produksi swakelola PTBA.
Kenaikan produksi ini seiring dengan peningkatan volume penjualan batu bara PTBA menjadi 37,0 juta ton. PTBA mencatat penjualan ekspor sebesar 15,6 juta ton atau naik 25% dibanding tahun 2022. Sementara itu, penjualan domestik tercatat sebesar 21,4 juta ton atau tumbuh 12% secara tahunan (year on year).
"PTBA terus berupaya mengoptimalkan kinerja operasional. Kami akan memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor ke sejumlah negara yang memiliki prospek pertumbuhan bagus, baik pasar eksisting maupun pasar-pasar baru," kata Niko dalam keterangan resminya, Selasa (16/1/2024).
Adapun untuk target produksi PTBA tahun ini, Niko menuturkan volume produksi dan penjualan tahun ini ditargetkan meningkat dibanding tahun 2023.
Waspada Penurunan Kinerja PTBA
Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan menjelaskan kinerja keuangan PTBA apabila dibandingkan dengan tahun lalu memang mengalami penurunan. Penurunan ini sesuai ekspektasi dari Mirae Asset Sekuritas.
"Penurunan utamanya dikarenakan oleh harga jual yang lebih rendah," kata Darmawan kepada Bisnis, Selasa (5/3/2024).
Akan tetapi, lanjutnya, apabila dibandingkan dengan ekspektasi Mirae Asset Sekuritas, angka volume produksi dan penjualan PTBA di tahun ini lebih dari ekspektasi. Selain itu, average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata batu bara PTBA secara keseluruhan masih lebih tinggi karena PTBA masih melakukan aktivitas ekspor ke negara lain atas dasar permintaan yang masih cukup baik.
Selain itu, lanjutnya, biaya keuangan atau cash cost PTBA juga masih relatif rendah dari tahun lalu. Dengan demikian, hasil kinerja dari PTBA menurut Darmawan melebihi ekspektasi Mirae Asset Sekuritas.
Sementara itu, dengan kinerja keuangan PTBA tahun ini, Mirae Asset Sekuritas tidak mengekspektasikan adanya perbaikan. Bahkan, Mirae Sekuritas memperkirakan kinerja keuangan PTBA masih akan cukup tertekan di tahun ini.
"Karena untuk ASP sendiri, kami perkirakan levelnya kurang lebih akan sama dengan di level kuartal IV/2023," ujar Darmawan.
Darmawan melanjutkan, hal tersebut juga ditambah dengan kondisi biaya, terutama melihat dinamika harga minyak saat ini yang masih volatil. Mirae Asset Sekuritas juga memperkirakan laba bersih PTBA tahun ini masih akan lebih rendah.
Di sisi lain, lanjuntnya, dengan hasil kinerja keuangan dan laba bersih PTBA yang melebihi ekspektasi Mirae Asset Sekuritas, akan terdapat sentimen positif terhadap harga saham PTBA.
"Selain itu ada potensi pembagian dividen yang solid di saat tanggal pembagian dividen mendatang," ucapnya.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan menjelaskan secara tahun penuh 2023, performa PTBA relatif turun dibandingkan tahun lalu akibat normalisasi harga batu bara dunia.
"Namun, patut dicermati jika di kuartal IV/2023, PTBA mencatatkan performa yang baik ya, misalnya dari pendapatan naik menjadi Rp10,7 triliun dan laba bersihnya naik double secara kuartalan menjadi Rp2,3 triliun," tutur Felix dihubungi, Selasa (5/3/2024).
Felix melanjutkan pihaknya melihat positif terhadap produksi batu bara PTBA di 2023 yang mencapai 41,9 juta ton, di atas target produksi PTBA sebesar 41 juta ton. Menurutnya, produksi ini menjadi pendorong peningkatan penjualan batu bara, baik lokal maupun ekspor di 2023.
Sementara itu, lanjutnya, terkait beban PTBA yang naik, hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan dari produksi PTBA yang membutuhkan biaya operasional.
Felix juga melihat kinerja PTBA masih akan bergantung pada fluktuasi harga batu bara global. Namun, Panin Sekuritas memandang positif jika PTBA dapat kembali menaikkan tingkat produksi di tahun 2023 ini.
"Saat ini kami masih merekomendasikan hold dengan target harga Rp2.700," kata Felix.
Adapun Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan hold untuk saham PTBA, dengan target harga yang masih sama dari sebelumnya, yakni Rp2.450 per saham.
------------------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.