Bisnis.com, JAKARTA — Emiten perkebunan kelapa sawit dan pengolahan CPO Grup Rajawali milik konglomerat Peter Sondakh, PT Eagle High Plantation Tbk. (BWPT) membukukan lonjakan laba bersih pada 2023.
Berdasarkan laporan keuangan, BWPT mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih sebesar Rp177,02 miliar sepanjang 2023. Angka ini naik 10 kali lipat jika dibandingkan 2022 dengan laba Rp17,47 miliar.
Direktur Utama BWPT Henderi Djunaidi menyampaikan pencapaian laba pada tahun 2023 sebesar Rp177 miliar terbilang memuaskan. Hal ini telah sesuai dengan target dan melanjutkan strategi turnaround perseroan sejak 2022.
"Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk meningkat 10 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya dari Rp17 miliar menjadi Rp177 miliar. Angka ini memang belum maksimal mengingat masih terdapat beban kerugian divestasi sebesar Rp214 miliar tentunya kerugian ini berasal dari aktivitas non operasional perusahaan," paparnya, Rabu (6/3/2024).
Pada 2023, BWPT membukukan pendapatan sebesar Rp4,2 triliun, turun 8,08% year-on-year (YoY). Pendapatan dari segmen minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO), sebagai kontributor terbesar perusahaan, mencapai Rp3,81 triliun
Henderi menjelaskan penurunan penjualan sebesar 8% karena melemahnya rata-rata harga pasar CPO dan palm kernel (PK) yang signifikan sepanjang tahun 2023. Dari sisi operasional, volume penjualan tetap menunjukkan pertumbuhan sebesar 4% walaupun terdapat pengurangan luasan inti sebesar 20.000 hektare.
Baca Juga
"Hal ini juga berdampak pada penurunan beban pokok penjualan karena jumlah lahan yang berkurang," imbuhnya.
Menurut Henderi, dengan menerapkan praktik agronomi yang baik dan berkelanjutan, BWPT berhasil meningkatkan produktivitas yield tandan buah segar (TBS) per hektar selama 2 tahun berturut-turut mencapai dobel digit, yakni 34% pada 2023 dan 11% pada 2022. Rendemen CPO atau oil extraction rate (OER) 23% dan rendemen kernel (KER) 4,3%.
"Selain itu, dengan kenaikan OER dan KER rata-rata menjadi 23% dan 4,3% menunjukkan BWPT berhasil mengoptimalkan kinerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) semakin efisien. Hal ini tentunya membantu perusahaan untuk bertahan dalam kondisi El-Nino yang menantang," jelasnya.
Pusat kegiatan operasional BWPT berada di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan total luas lahan perkebunan mencapai 87.000 hektare. BWPT memiliki total kapasitas pabrik kelapa sawit sebesar 2,2 juta ton TBS per tahun.
Disamping itu, sambung Henderi, terdapat peningkatan arus kas operasi sebesar 23% pada 2023. Arus kas tersebut digunakan untuk penurunan pinjaman bank dimana pada tahun 2023 pinjaman bank turun sebesar 29% dan memberikan kontribusi pada penurunan beban bunga sebesar 3%.
Sementara itu, gross profit margin dan operating margin BWPT mengalami peningkatan sebesar 11% dan 16%. Dengan penghematan biaya, optimalisasi operasional dan penurunan pinjaman bank, BWPT berhasil mencapai ROE 7,3% pada tahun 2023. Return on equity atau ROE adalah indikator kinerja perusahaan dengan membandingkan laba bersih dan total modal.
"Kami percaya akan terus mencapai peningkatan dobel digit pada ROE ke depannya," kata Henderi.
Hingga Januari-Februari 2024, Henderi mengatakan BWPT menunjukkan pertumbuhan 25% untuk yield per hektare (YPH). Oleh karena itu, BWPT menargetkan pertumbuhan kinerja dobel digit pada tahun ini.
Sementara itu, sepanjang 2023, BWPT membukukan total aset sebesar Rp10,18 triliun atau turun 16,69% YoY, sedangkan liabilitas juga terkoreksi 21,45% YoY menjadi Rp7,99 triliun, dan ekuitas mencapai Rp2,19 triliun atau tumbuh 6,92% secara tahunan.