Bisnis.com, JAKARTA—Tak hanya memiliki hak untuk menunjuk tiga komisaris, termasuk komisaris utama, direktur utama, dan direktur sumber daya manusia, MIND ID dan Vale Canada Limited (VCL) telah bersepakat untuk mengendalikan perusahaan berkode saham INCO tersebut secara bersama-sama.
Selesainya proses pelepasan saham Vale hingga jalur defisit neraca dagang RI menjadi berita pilihan yang dirangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa, (26/2/2024). Berikut selengkapnya.
1. Titik Awal MIND ID Bersama Vale Canada Kendalikan INCO
Selesainya proses pelepasan (divestasi) 14% saham PT Vale Indonesia Tbk. kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor tambang PT Mineral Industry Indonesia (MIND ID) menjadi langkah awal bagi Indonesia untuk ikut andil mengendalikan tambang nikel tersebut.
Tak hanya memiliki hak untuk menunjuk tiga komisaris, termasuk komisaris utama, direktur utama, dan direktur sumber daya manusia, MIND ID dan Vale Canada Limited (VCL) telah bersepakat untuk mengendalikan perusahaan berkode saham INCO tersebut secara bersama-sama.
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan bahwa pengendali operasi dan finansial INCO bakal dipegang MIND ID secara bersama-sama dengan pemegang saham lainnya. “MIND ID akan bersama-sama dengan VCL mengendalikan PT Vale Indonesia karena ini sifatnya kontrol bersama atau joint control over corporation. Kita dalam membangun ekosistem bukan masalah menang kalah, tetapi harus membangun yang terbaik,” kata Erick di Jakarta, Senin (26/2/2024).
Sejalan dengan itu, Erick menambahkan, kementeriannya bersama dengan otoritas teknis terkait juga bakal mendorong investasi yang lebih intensif untuk penghiliran cadangan nikel di dalam negeri seperti yang saat ini dikerjakan INCO.
“Bagaimana investasi bisa dijalankan serta mendorong penghiliran dengan memperhatikan cadangan yang ada dengan investasi yang optimal,” ujar Erick.
2.Pemerintah Tambah Lagi Keran Impor Beras Demi Redam Kenaikan Harga
Pemerintah menambah kuota impor beras tahun ini sebanyak 1,6 juta ton sehingga total di sepanjang tahun ini menjadi 3,6 juta ton. Hal ini dilakukan lantaran produksi padi masih belum mencapai puncak dan kenaikan harga beras kian masif.
Hingga dua pekan sebelum Ramadan, kenaikan harga beras terjadi di 268 kabupaten dan kota di Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rerata nasional beras medium per pekan keempat Februari 2024 sebesar Rp15.387 per kilogram, naik 5,44% dibandingkan dengan Januari 2024.
Meski produksi padi bakal meningkat dan surplus beras mulai terjadi pada Maret 2024, namun defisit beras nasional diperkirakan masih terjadi pada Januari hingga Maret 2024. Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi beras pada Januari hingga Maret 2024 sebanyak 5,81 juta ton. Dengan total kebutuhan konsumsi beras nasional sepanjang tiga bulan di awal tahun ini sebesar 7,62 juta ton, RI masih defisit beras 1,81 juta ton.
Direktur Impor Kementerian Perdagangan Arif Sulistiyo mengatakan penambahan kuota impor beras 1,6 juta ton tersebut telah disepakati pemerintah dalam Rapat Koordinasi Koordinasi Terbatas (Rakortas) pada 5 Februari 2024. Adapun tambahan 1,6 juta ton beras impor tersebut bakal digunakan untuk keperluan khusus.
3.Kabar Rencana IPO Julo & Cari Momentum Fintech Masuk Bursa
Penggalangan dana jumbo di pasar modal melalui intial public offering atau IPO memiliki daya tarik tersendiri untuk berbagai industri. Tidak terkecuali sektor finansial teknologi atau (fintech) di tengah bisnis yang masih menantang.
Kabar teranyar, platform fintech peer-to-peer (P2P) lending atau pinjaman online Julo dikabarkan akan melakukan IPO. Melansir Bloomberg, Senin (26/2/2024), startup pinjol Julo itu menyebut pihaknya tengah berupaya untuk melakukan penawaran umum perdana karena pendapatan tahunannya mendekati US$100 juta.
Dalam hal ini disebutkan, Julo sedang berbicara dengan investor untuk putaran pendanaan pra-IPO dan mulai menjajaki opsi untuk pencatatan publik. Bloomberg melaporkan bahwa Julo mencari dana pada saat banyak perusahaan lain sedang berjuang untuk mendapatkan modal, karena industri ventura secara global sedang bergulat dengan kenaikan suku bunga dan inflasi.
“Investor, yang tadinya bersemangat untuk menulis cek, menjadi lebih pemilih dan memberikan persyaratan yang kurang menguntungkan,” tulis Bloomberg.
Jika dilihat dari sisi kinerja, Presiden Grup Julo Ankur Mehrotra mengatakan, pendapatan meningkat 73% pada 2023 dan mencapai tingkat pendapatan tahunan sebesar US$121 juta pada akhir tahun. Julo memperkirakan akan mencapai profitabilitas berdasarkan laba bersih pada 2024, setelah mencatat laba sebelum pajak untuk Desember.
Startup seperti Julo kini harus menunjukkan kepada investor bahwa mereka dapat tumbuh dan menghasilkan uang pada saat yang bersamaan. Julo mengatakan,pihaknya menyalurkan 7,3 juta pinjaman tahun lalu dengan total US$454 juta, dengan jumlah pinjaman dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
4.Gairah Merger dan Akuisisi Diramal Melonjak Usai Pemilu
Kepastian hasil Pemilu 2024 dalam satu putaran diyakini bakal memberikan landasan kepercayaan diri di kalangan emiten untuk mewujudkan rencana aksi korporasi mereka tahun ini, termasuk aksi anorganik seperti merger dan akuisisi.
Pemilu kerap kali membangkitkan rasa ketidakpastian di kalangan pelaku pasar, termasuk emiten-emiten yang hendak melakukan aksi korporasi. Sebab, pemimpin negara terpilih akan menentukan arah ekonomi dan politik dalam 5 tahun ke depan.
Pemilu yang berlangsung lebih singkat akan memberikan kepastian yang lebih cepat bagi pelaku pasar, sehingga dapat segera menentukan strategi bisnis mereka sesuai dengan arah visi dan misi pemimpin terpilih.
Dalam hal ini, hasil quick count Pemilu 2024 yang telah menunjukkan keunggulan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih, menjadi angin segar bagi pasar. Pasar tidak perlu menunggu pemilu putaran kedua.
Dengan demikian, pasar kemungkinan bakal lebih dini menyaksikan adanya aksi korporasi pada paruh pertama tahun ini, termasuk merger dan akuisisi. Di sisi lain, kalangan investor pun lebih percaya diri untuk menentukan arah investasi mereka, termasuk untuk terlibat dalam aksi korporasi emiten.
5.Kembali ke Jalur Defisit, Neraca Transaksi Berjalan RI di 2024
Transaksi berjalan (current account) Indonesia kembali membukukan defisit pada 2023 setelah berhasil membukukan surplus pada 2021 dan 2022. Jalur defisit ini diperkirakan berlanjut pada tahun ini.
Defisit transaksi berjalan Indonesia diperkirakan akan melebar pada tahun ini seiring dengan berlanjutnya perlambatan ekonomi global.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa perlambatan ekonomi global yang berkepanjangan berisiko memicu penurunan neraca dagang Indonesia.
“Kami memperkirakan transaksi berjalan akan mencatat defisit -1,5% terhadap PDB pada 2024, melebar dari -0,11% pada 2023, tetapi masih dalam tingkat yang terkendali,” katanya, dikutip Minggu (25/2/2024).
Andry memproyeksikan prospek aliran modal masuk yang lebih baik dengan adanya peluang penurunan suku bunga global pada tahun ini.
Faktor tersebut dinilai dapat meredam dampak dari defisit transaksi berjalan yang lebih luas.
“Hal ini akan mendukung kinerja neraca pembayaran secara keseluruhan yang juga akan memberikan dukungan terhadap mata uang rupiah,” jelasnya.