Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbitan SBN Ritel Diprediksi Tembus Rp175 Triliun pada 2024

Penerbitan SBN ritel tahun ini diprediksi dapat menembus Rp175 triliun, seiring cerahnya prospek obligasi.
Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST010 di Jakarta. - Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Warga mencari informasi mengenai Surat Berharga Negara (SBN) jenis Sukuk Tabungan Seri ST010 di Jakarta. - Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Penerbitan Surat Berharga Negara atau SBN ritel diprediksi tembus hingga Rp175 triliun pada akhir tahun 2024, menandakan pasar surat utang Tanah Air masih prospektif tahun ini.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, performa obligasi ritel ke depannya diperkirakan masih akan memiliki prospek yang baik, terutama ketika sentimen global membaik.

"Kami perkirakan penerbitan obligasi ritel mampu mencapai di kisaran Rp155 triliun hingga Rp175 triliun, lebih tinggi dari tahun 2023," ujar Josua kepada Bisnis, dikutip pada Kamis (22/2/2024).

Sebagai pengingat, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) meraih penggalangan dana tebal dari hasil penerbitan SBN Ritel sepanjang 2023 sebesar Rp147,42 triliun. 

Capaian jumbo tersebut berasal dari tujuh seri SBN ritel yang diterbitkan oleh pemerintah sepanjang 2023 yaitu SBR012, SR018, ST010, ORI023, SR019, ORI024, dan ST011.

Adapun, DJPPR Kemenkeu juga telah merilis jadwal penerbitan SBN ritel 2024. Totalnya, ada 8 seri SBN ritel yang siap meluncur pada tahun ini. SBN ritel pertama yang meluncur tahun ini yaitu Obligasi Negara Ritel seri ORI025 yang perdana ditawarkan pada 29 Januari 2024—22 Februari 2024. 

Kendati demikian, Josua mengatakan, ketidakpastian terkait waktu pemotongan suku bunga The Fed juga menyebabkan para investor cenderung masih wait and see untuk pembelian obligasi ritel. Terlebih, seri ORI ini merupakan seri yang dapat diperdagangkan, sehingga investor mengharapkan capital gain.

"Ke depannya, kami perkirakan permintaan obligasi ritel berpotensi meningkat akibat sentimen global yang pulih, sehingga permintaan obligasi secara umum meningkat," pungkas Josua.

Senada, Senior Vice President, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management, Reza Fahmi Riawan mengatakan, penjualan ORI025 sudah lebih dari Rp20 triliun, atau melampaui seri sebelumnya ORI024 yang terjual Rp14,5 triliun.

Menurutnya, selain sentimen Pemilu dan Bank Indonesia (BI) yang masih menahan BI rate di level 6%, ada beberapa faktor lain yang perlu dicermati oleh investor terkait pasar obligasi RI.

"Misalnya, inflasi global. Perkiraan penurunan inflasi global, terutama di Amerika Serikat, dapat berdampak positif pada pasar obligasi," ujar Reza kepada Bisnis.

Reza mengatakan pasar masih mencermati perkiraan pemangkasan suku bunga acuan oleh Federal Reserve dan Bank Indonesia yang dapat memengaruhi daya tarik investasi obligasi. Selain itu, investor perlu memperhatikan yield (imbal hasil) dan real yield (selisih suku bunga dikurangi inflasi) untuk mengambil keputusan investasi yang bijaksana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper