Bisnis.com, JAKARTA - Zoom Video Communications Inc., pengembang aplikasi Zoom telah memangkas 150 posisi pekerjaan di perusahaan pekan ini. Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal tak terhindarkan pada awal 2024.
Dikutip dari Bloomberg, Minggu (4/2/2024) pada gelombang PHK kali ini jumlah karyawan yang dipangkas kurangi dari 2% dari total tenaga kerjanya saat ini.
Setelah menjadi aplikasi konferensi video yang disorot kala pandemi, Zoom disebut kesulitan mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang tinggi.
Perusahaan penyedia perangkat lunak ini telah berupaya melakukan diversifikasi layanan dengan menawarkan rangkaian aplikasi yang lebih luas untuk bisnis, seperti perangkat lunak pusat kontak dan obrolan persisten yang mirip dengan Slack dari Salesforce.
Zoom Phone, salah satu taruhan sekunder terpenting perusahaan, baru-baru ini mencapai 7 juta pengguna berbayar. Namun, penawaran-penawaran baru ini belum mempercepat pertumbuhan secara signifikan.
Namun, Juru Bicara Zoom menyebutkan bahwa PHK yang terjadi kali ini tidak berlaku di seluruh perusahaan. Di sisi lain, Zoom justru akan terus menambah orang pada tahun 2024 di berbagai bidang seperti kecerdasan buatan, penjualan, dan teknik.
Baca Juga
"Kami secara rutin mengevaluasi tim kami untuk memastikan keselarasan dengan strategi kami. Sebagai bagian dari upaya ini, kami mengambil kembali peran untuk menambah kemampuan dan terus merekrut karyawan di bidang-bidang penting di masa depan," ujar Juru Bicara, dikutip dari Bloomberg.
Sebelumnya, pada Februari 2023 lalu, Zoom telah mengurangi jumlah karyawan sebesar 15% sehingga jumlah tenaga kerjanya menjadi lebih dari 7.000 orang dari sekitar 8.500 orang.
Perusahaan yang berbasis di San Jose, California, ini belum mengungkapkan total jumlah karyawannya sejak Januari 2023.
Tak hanya Zoom, sejumlah nama besar seperti Microsoft, Google Alphabet, Amazon.com dan Salesforce telah mengumumkan pengurangan tenaga kerja. Secara terpisah pada 1 Februari 2024, perusahaan perangkat lunak Okta mengatakan akan memberhentikan 7% stafnya untuk mengurangi biaya.
Gelombang baru PHK awal tahun ini menunjukkan bagaimana perusahaan teknologi kini lebih cepat memecat pekerjanya dan dengan cepat mengubah prioritasnya dibandingkan sebelumnya.