Bisnis.com, JAKARTA – Keputusan The Fed yang tetap mempertahankan suku bunga acuan berisiko memberi tekanan pada IHSG pada hari ini.
Tim riset Bahana Sekuritas melihat pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menyatakan terlalu dini untuk terjadi pemangkasan suku bunga AS pada bulan Maret telah membuat Wall Street menjadi lesu.
Sementara itu, Bursa saham Asia ditutup variatif dengan melambatnya PMI Manufaktur China dan rapat FOMC menjadi fokus perhatian pelaku pasar. IHSG yang ditutup menguat pada perdagangan Rabu (31/1/2023), ditopang oleh beberapa sektor seperti finansial, teknologi dan infrastruktur.
Mereka memperkirakan hari ini, Kamis (1/2/2024), IHSG berpotensi menguat terbatas dengan rentang antara 7.100 sampai dengan 7.300. Beberapa sektor yang perlu mendapatkan perhatian adalah konsumer, transportasi dan teknologi.
Sementara itu, tim riset MNC Sekuritas menyatakan IHSG yang mampu menguat 0,22% ke posisi 7.207 pada perdagangan kemarin masih didominasi oleh volume pembelian.
“Saat ini posisi IHSG diperkirakan sedang berada di awal wave c dari wave (ii) sehingga pergerakannya masih rawan melanjutkan koreksinya ke rentang 6.925-7.021 dengan catatan IHSG belum mampu menembus 7.271,” tulis tim riset.
Baca Juga
MNC Sekuritas merekomendasikan beberapa saham seperti BBTN yang menguat 0,77% ke Rp1.305 dan disertai dengan munculnya volume pembelian. Selama masih mampu berada di atas Rp1.270 sebagai stoploss-nya, maka posisi BBTN sedang berada di awal wave (iii) dari wave [c] sehingga BBTN masih berpeluang melanjutkan penguatannya hingga ke Rp1.330.
Selain itu mereka juga merekomendasikan saham PGAS yang menguat 4,48% ke Rp1.165 disertai dengan munculnya volume pembelian, “Saat ini, posisi PGAS diperkirakan sedang berada di awal wave iii dari wave (i) dari wave [c], sehingga PGAS masih berpeluang melanjutkan penguatannya ke Rp1.190.
Pernyataan kebijakan terbaru bank sentral AS tidak memberikan petunjuk bahwa penurunan suku bunga akan segera terjadi. “Inflasi telah menurun selama setahun terakhir, namun tetap tinggi,” kata The Fed dalam pernyataannya dikutip dari Reuters, Kamis (1/2/2024).
Pernyataan tersebut merupakan pukulan bagi investor yang memperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai pada awal Maret. Suku bunga acuan The Fed dipertahankan berada di kisaran 5,25%-5,50% sejak Juli lalu.
Saham-saham AS melemah menyusul rilis pernyataan tersebut sementara dolar AS (.DXY) menguat terhadap sekeranjang mata uang. Imbal hasil Treasury AS juga turun.
“Jelas bahwa The Fed tidak terburu-buru untuk melakukan pelonggaran secepat harga pasar, karena data inflasi lebih lanjut yang menjanjikan masih diperlukan untuk membuka peluang penurunan suku bunga pertama,” kata Michael Brown, analis pasar di Pepperstone.
Dia menambahkan The Fed juga mengabaikan kekhawatiran mengenai sisi ketenagakerjaan dalam targetnya serta membuka kemungkinan untuk menurunkan suku bunga kebijakan jika inflasi terus menurun dalam beberapa bulan mendatang.
------------
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.