Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Alami Turbulensi, Saham Prajogo Pangestu Tetap Melaju

IHSG mengalami turbulensi pada awal perdagangan Selasa (23/1/2024). Saham milik Prajogo Pangestu seperti BREN dan TPIA masih menguat.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami turbulensi pada awal perdagangan Selasa (23/1/2024). Saham milik Prajogo Pangestu seperti BREN dan TPIA masih menguat.

Indeks komposit langsung anjlok 0,23% ke posisi 7.231 setelah dibuka. IHSG sempat memantul ke posisi 7.255 namun tidak bertahan lama hingga terseret ke posisi terendah pagi ini di 7.227.

Terdapat 156 saham yang menguat, 193 saham yang melemah dan 218 saham mengalami penurunan. Investor memperdagangkan 1,3 miliar saham dalam 126.554 kali transaksi. Adapun nilai transaksi saham diperkirakan mencapai Rp943 miliar.

Turbulensi yang terjadi pada IHSG disebabkan pelemahan sejumlah saham big caps. Diantaranya adalah BBCA sebesar 1,3%, ASII 0,96%, BBNI 0,9% dan BBRI 0,87%.

Sementara itu, saham big caps yang menguat adalah TPIA 3,76%, BREN 1,6% dan AMMN 0,33%. 

CEO Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya menyampaikan saat ini IHSG terlihat masih berada dalam fase konsolidasi wajar dengan pola tekanan yang masih tergolong besar. Tekanan IHSG masih dipengaruhi oleh sentimen dari pergerakan nilai tukar rupiah dan fluktuasi harga komoditas.

"Pola gerak market masih terlihat memiliki potensi bergerak sideways dalam jangka pendek. Namun, selama support level masih dapat dipertahankan dengan kuat maka momentum fluktuatif harga masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan trading harian," paparnya dalam publikasi riset.

William memprediksi IHSG hari ini bergerak di rentang 7.123-7.272. Rekomendasi saham TBIG, TLKM, BBNI, JSMR, CTRA, AKRA, KLBF.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani menuturkan pekan lalu investor asing mencatatkan pembelian sebesar Rp537 miliar di pasar reguler, bahkan nominal pembelian asing mencapai Rp9,19 triliun dalam sebulan terakhir.

Apabila investor asing kembali masuk ke saham-saham penting IHSG seperti bank besar dan blue chip, maka hal tersebut akan menimbulkan optimisme pelaku pasar pada 2024.

"Kenaikan harga saham blue chip seperti big banks dapat terjadi seiring akumulasi pembelian yang dilakukan investor asing. Apabila aliran dana asing masih akan terjadi hingga beberapa waktu ke depan, kita bisa mengharapkan kenaikan IHSG dapat terjadi lagi dan membentuk level tertinggi barunya dalam beberapa bulan ke depan," ucap Dimas dalam keterangannya, Senin (22/1/2024).

Indo Premier merekomendasikan untuk melakukan trading pada saham BRIS dengan support di Rp2.010 dan resistance di Rp2.200 pada pekan ini. Indo Premier juga merekomendasikan saham BBTN dengan support Rp1.355 dan resistance di Rp1.450 untuk trading pekan ini.

Selain dua saham bank di atas, Indo Premier juga merekomendasikan saham ICBP untuk trading buy pekan ini, dengan support di level Rp11.550 dan resistance di level Rp12.550.

Dia melanjutkan, selain masuknya dana dari investor asing, sentimen bagi IHSG pekan ini akan diwarnai oleh indeks harga belanja personal inti bulanan AS dan data tenaga kerja mingguan AS.

Dimas menyebut berdasarkan konsensus Indeks Harga Belanja Personal Inti bulanan AS (Core PCE) akan berada di level 0,2% atau naik dari bulan sebelumnya yang berada di level 0,1%.

Indikator ini akan digunakan oleh The Fed dalam mendapatkan gambaran inflasi yang terjadi disana dan memengaruhi keputusan suku bunga yang akan dilakukan oleh The Fed di bulan ini.

Terkait sentimen data tenaga kerja mingguan AS, pada Kamis pekan ini data tenaga kerja mingguan AS akan dirilis. Berdasarkan konsensusnya, AS akan mencatatkan penambahan tenaga kerja sebesar 200.000 atau meningkat dari minggu sebelumnya yang mencatatkan kenaikan tenaga kerja sebesar 187.000.

"Apabila tenaga kerja terus mengalami pertumbuhan maka kondisi ekonomi AS berada dalam kondisi yang baik. Di sisi lain, hal ini memicu kekhawatiran bagi The Fed kalau mereka tidak dapat mencapai target inflasi 2% di 2024," ucapnya.

------------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper