Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah ke level 7.199 pada penutupan perdagangan hari ini, Rabu (17/1/2024). Beberapa saham perbankan ditutup bervariasi seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI usai pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia hari ini.
Berdasarkan data RTI pukul 16.00 WIB, sebanyak 197 saham menguat, 333 saham melemah, dan 242 saham stagnan. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 7.162-7.252. Kapitalisasi pasar tercatat turun menjadi Rp11.374 triliun, dari sebelumnya Rp11.376 triliun .
Salah satu saham dengan penurunan terdalam hari ini adalah saham PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk. (GTRA) yang turun 24,88% ke level Rp314 per saham.
Saham lainnya yang juga turun adalah saham milik konglomerat Prajogo Pangestu, yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) yang turun 4,21% ke level Rp3.410. Saham-saham lain yang juga turun hari ini adalah saham PWON, GOTO, AMMN, hingga MNCN yang masing-masing turun 3,96%, 3,33%, 3,03%, dan 3,90%.
Di sisi lain, saham-saham perbankan mencatatkan penutupan yang bervariasi dengan saham BBCA naik 0,52% ke level Rp9750. Sementara itu, saham BMRI stagnan pada level Rp6.525.
Adapun dua saham bank berkapitalisasi pasar besar lainnya yakni BBRI dan BREN ditutup melemah ke zona merah. Saham BBRI turun 0,86% ke level Rp5.775, sedangkan saham BBNI turun 0,89% ke level Rp5.550.
Baca Juga
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menuturkan hari ini Bursa regional Asia bergerak melemah yang dipengaruhi sikap pelaku pasar. Pelaku pasar menurunkan ekspektasinya akan penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) waktu dekat.
Hal ini seiring dengan pernyataaan Gubernur The Fed, Christopher Waller yang mengatakan The Fed tidak bisa terburu-buru menurunkan suku bunga.
Sementar itu, dari dalam negeri pasar memperhatikan arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) sehubungan dengan suku bunga acuannya. Sebagaimana diketahui, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6%.
Pasar memandang meskipun BI mempunyai ruang menurunkan suku bunga acuannya, tetapi secara konsensus masih diprediksi akan mempertahankan di level 6%.
Hal ini dilatarbelakangi kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, dengan tekanan inflasi sejumlah negara tentunya menimbulkan ketidakpastian terkait dengan arah suku bunga kebijakan global ke depan.