Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Harga Emas di Tahun Naga Kayu 2024, Bisa Bertahan di Atas US$2.000?

Prospek harga emas di tahun naga kayu diprediksi masih akan dipengaruhi oleh tiga sentimen utama pada 2024, seperti pertumbuhan ekonomi China hingga Inflasi AS.
Ilustrasi emas global/Pexels.
Ilustrasi emas global/Pexels.

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek harga emas di tahun naga kayu diprediksi masih akan dipengaruhi oleh tiga sentimen utama sepanjang 2024. Sentimen tersebut di antaranya pertumbuhan ekonomi China yang melambat, tingkat inflasi yang melandai meski suku bunga tetap tinggi, serta tingkat permintaan yang mulai naik.

Harga emas global ditutup melejit pada akhir perdagangan Jumat (12/1/2024) waktu setempat karena meningkatnya konflik di Timur Tengah memicu pembelian aset-aset safe-haven.

Harga emas di pasar spot naik 1% menjadi US$2.048,21 per troy ounce pada sesi akhir Jumat, setelah naik sebanyak 1,7% pada awal perdagangan. Emas batangan sebagian besar datar pada minggu ini, namun memperpanjang pergerakannya di atas level US$2.000 hingga hampir sebulan. Emas berjangka AS ditutup melejit 1,6% ke level US$2.051,60.

Mengutip World Gold Counter pada Senin (15/1/2024), harga emas sepanjang 2024 paling tindak memiliki tiga skenario ekonomi dan dampak yang kemungkinan terjadi. 

Salah satu dari skenario ini berfokus pada pandangan konsensus bahwa ekonomi Amerika Serikat dan Eropa mengalami soft landing, pertumbuhan China akan melambat, risiko inflasi akan berkurang tetapi tingkat bunga jangka panjang akan tetap tinggi, dan inflasi yang akan menahan permintaan konsumen. 

“Dalam konteks ini, kinerja emas mungkin kurang memikat dan setiap kenaikan mungkin bergantung pada kelanjutan permintaan bank sentral,” tulis tim riset yang dikutip Sabtu (13/1/2024). 

Sepanjang 2023, emas melonjak meskipun adanya kenaikan suku bunga yang cepat dan ekonomi yang tangguh. Bank sentral AS atau The Fed pantas diberi pujian atas kinerja yang luar biasa ini, tetapi risiko geopolitik yang tinggi kemungkinan menciptakan keragu-raguan investor untuk melepaskan emas, yang juga menjadi pendorong utama permintaan bank sentral. 

Sementara itu, kelemahan yang dipicu oleh tingkat imbal hasil, yang terlihat dalam pasar-pasar maju, dipimpin oleh arus dana ETF Eropa, tidak cukup untuk merusak kinerja emas.

Dalam jangka pendek, kemungkinan terjadi adu kuat antara musim positif Januari yang secara historis terjadi dan penolakan terhadap sentimen dovish yang mendorong harga mencapai rekor tertinggi pada Desember.

Sejalan dengan itu, mungkin juga terjadi pertarungan antara kekhawatiran inflasi sesaat dan dorongan resesi, menyoroti betapa sempitnya jalur menuju pendaratan ekonomi. 

Sepanjang 2023, emas lebih dipengaruhi oleh tingkat imbal hasil obligasi Treasury 2 tahun dari pada tingkat imbal hasil 10 tahun yang secara historis lebih penting, hal ini cenderung terjadi selama ketidakpastian kebijakan yang meningkat. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper