Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan level tertinggi sepanjang waktu di level 7.323,5 pada perdagangan kemarin, Selasa (2/1/2024). IHSG awal tahun berpotensi tersengat momentum January effect yang diramal akan menghampiri para pelaku pasar.
Senior investment Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan January effect berpeluang terjadi tahun ini terlebih sentimen covid-19 sudah tidak menghambat sentimen positif.
“January effect berpeluang terjadi, 5 tahun terakhir suka berada di zona merah karena ada faktor pandemi,” kata Nafan kepada Bisnis, dikutip Rabu (3/1/2024).
Selain sentimen pandemi, kebijakan suku bunga bank sentral juga menjadi pendorong IHSG. Nafan mengatakan dari domestik, sentimen stabilitas inflasi dari penurunan inflasi memicu optimisme pelaku pasar bahwa Bank Indonesia akan menerapkan kebijakan moneter ekspansif ke depan.
Sementara dari sisi global, pelaku pasar masih akan menunggu data manufaktur AS yang diproyeksikan masih akan terkontraksi. Selain itu, ekspektasi pasar soal kebijakan dovish The Fed juga menjadi kunci pergerakan pasar saham Indonesia.
Seperti yang diketahui, pada penutupan perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, yaitu pada posisi 7.323,588 dari rekor sebelumnya di posisi 7.318,016 pada 13 September 2022.
Baca Juga
Selain itu, kapitalisasi pasar BEI juga menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarahnya dengan mencapai Rp11.768 triliun dari rekor sebelumnya sebesar Rp11.762 triliun pada 28 Desember 2023.
Meski mencatatkan rekor baru, transaksi harian justru jungkir balik dengan catatan sebesar Rp6,80 triliun. Nilai transaksi harian yang melesu juga tercermin dari jumlah transaksi yang terjadi yaitu sebanyak 932.960 kali.
IHSG ditopang oleh saham-saham Prajogo dan bank besar. Saham tersebut adalah TPIA, BMRI, BREN, TLKM dan BRPT. Kemudian saham ADRO, BUMI, UNTR, ASII dan GOTO.
IHSG Sesi I mengalami koreksi sebesar 0,36% ke posisi 7.297. Penurunan terjadi karena indeks komposit ditekan oleh koreksi harga 269 saham. Misalnya ASII, BBNI dan TLKM.