Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (22/12): Batu Bara Rebound, CPO Gantian Melemah

Harga komoditas batu bara rebound pada Jumat (22/12) setelah melesu dalam lima hari berturut-turut.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara mampu rebound setelah melesu lima hari berturut-turut. Sementara itu, harga crude palm oil (CPO) melemah akibat aksi ambil untung dari para investor.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (22/12/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 pada perdagangan Kamis (21/12) menguat 2,46% atau 3,40 poin ke level US$141,65 per metrik ton. Adapun, kontrak untuk Februari 2024 ditutup menguat 2,58% atau 3,45 poin ke level US$137,40 per metrik ton.

Mengutip DD News, Menteri Batu Bara, Pertambangan, dan Urusan Parlemen India Pralhad Joshi menyatakan pada hari Rabu (20/12) bahwa impor batu bara India untuk sektor kelistrikan diperkirakan akan turun menjadi 2% pada tahun 2025. Hal ini berkat adanya peningkatan signifikan dalam produksi batu bara dalam negeri. 

Kemudian, Joshi menuturkan bahwa produksi batu secara keseluruhan tahun ini diperkirakan akan melampaui satu miliar ton. India, yang memiliki total cadangan batu bara sebesar 344,02 miliar ton, telah menempati peringkat kedua sebagai produsen batu bara terbesar di dunia. 

Mengutip Reuters, impor batu bara China dari Indonesia dan Australia meningkat pada November 2023. Impor batubara China bulan lalu dari pemasok utama Indonesia naik 16% dari bulan Oktober 2023. Sementara itu,  impor dari Australia naik hampir 30% karena perusahaan-perusahaan listrik melakukan restocking untuk pembangkit listrik musim dingin.

Total impor batubara pada November 2023 China, pembeli batubara terbesar di dunia, meningkat 35% dari tahun sebelumnya menjadi 43,51 juta ton. Hal ini berkat impor yang lebih murah. 

Kemudian, Impor dari Mongolia, yang sebagian besar berupa batu bara kokas, mencapai 7,89 juta ton. Angka tersebut mencatatkan jumlah tertinggi, setidaknya sejak tahun 2022 dan meningkat tajam dari  5,01 juta ton di bulan Oktober 2023. 

Impor di bulan Desember 2023 dari China kemungkinan akan mengalami perlambatan, karena salju lebat menghambat pengangkutan batu bara melalui jalan darat.

Harga CPO

Harga (CPO) atau minyak kelapa sawit di bursa derivatif Malaysia pada Februari 2024 melemah -36 poin menjadi 3,686 ringgit per metrik ton. Kemudian, untuk kontrak Maret 2024 juga mengalami pelemahan -37 poin, menjadi 3,704 ringgit per metrik ton. 

Mengutip Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia menurun pada Kamis (21/12/2023) karena investor mengambil keuntungan setelah kenaikan lima sesi berturut-turut dan rendahnya permintaan dari luar negeri. 

Kepala riset broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, mengatakan bahwa bersamaan dengan investor yang mengambil keuntungan, penurunan ekspor dari Malaysia dan melemahnya harga minyak kedelai juga turut menyeret turun harga minyak sawit.

Intertek Testing Services pada Rabu (20/12) juga melaporkan ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia untuk 1-20 Desember turun 8% menjadi 837.475 metrik ton dari 910.513 metrik ton yang dikirim selama 1-20 November 2023. 

Kemudian, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan ekspor Indonesia pada Oktober 2023 mencatat sebesar 3 juta metrik ton, turun 31% dari tahun sebelumnya. 

Minyak kedelai berjangka BOc2 di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,49%. 

Harga minyak sawit juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait, ketika bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Adapun, harga minyak mentah juga menurun, karena kekhawatiran atas permintaan yang rendah setelah adanya peningkatan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS. Selain itu, terdapat juga kekhawatiran atas gangguan perdagangan global akibat ketegangan di Timur Tengah. 

Harga minyak mentah berjangka yang lebih rendah juga membuat kelapa sawit menjadi pilihan yang kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel. 

Analis teknikal Reuters, Wang Tao, menuturkan bahwa minyak kelapa sawit mungkin akan menguji zona support  3,775-3,781 ringgit per metrik ton menyusul kegagalannya menembus resisten di 3,813 ringgit. 

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang perdagangan kontrak minyak kelapa sawit, Ringgit malaysia, ditutup menguat 0,18 terhadap dolar AS. Ringgit yang lebih kuat membuat minyak kelapa sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper