Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Asing Banjiri Pasar Modal Indonesia pada Tahun Pemilu, Cek Analisanya

Analis menilai potensi dana asing untuk masuk ke Indonesia pada tahun Pemilu 2024 terbuka lebar.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Arah pergerakan dana investor asing ke pasar modal Indonesia diperkirakan akan lebih baik pada 2024. Analis melihat potensi bagi investor asing untuk masuk ke surat utang Indonesia sangat terbuka.

Kepala Divisi Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan terdapat beberapa faktor yang akan membuat dana investor asing masuk ke Indonesia. Pertama, kata dia, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga yang akan diikuti dengan penurunan US Treasury Yield dan indeks dolar AS (DXY Index). 

"Ini berpotensi meningkatkan inflows asing, karena dengan UST yield turun maka terjadi yield spread antara US dan SUN menjadi lebih menarik," kata Handy dihubungi Rabu (20/12/2023).

Selain itu, lanjut dia, dengan turunnya indeks dolar AS, maka risiko pelemahan Rupiah terhadap dolar AS juga akan turun. Dengan demikian, investor asing berpotensi mendapatkan forex exchange gain.

Faktor kedua, jelas Handy, Indonesia berada dalam jalur yang tepat untuk menaikkan rating ke BBB+ tahun depan. Ketiga adalah dana asing yang masuk sejak awal tahun atau year-to-date (YTD) yang hampir mencapai Rp80 triliun. 

"Menurut saya ini berpotensi berlanjut, karena sejak pandemi asing keluar hampir Rp300 triliun. Jadi porsi asing di pasar obligasi Indonesia masih sangat rendah saat ini," tutur Handy.

Meski demikian, menurut Handy tantangan akan datang dari The Fed yang jika ternyata terus mempertahankan suku bunga tinggi tahun depan apabila inflasi AS masih tetap tinggi. 

Tantangan juga datang jika The Fed lebih mengetatkan Quantitative Tightening-nya, dan risiko geopolitik meningkat yang memicu risk-off sentimen asing.

Adapun Handy juga melihat daya tarik aset di Indonesia masih lebih menarik dibandingkan negara-negara pasar berkembang atau emerging market lainnya. 

Handy menjelaskan yield SUN relatif terhadap inflasi dibandingkan dengan emerging market lainnya, dengan spread yang lebih dari 350 bps. Sementara itu, rata-rata negara emerging market hanya memiliki spread 0,3 ppt.

"Dengan rating BBB, menurut saya, Indonesia masih memberikan real yield yang lebih tinggi dan dengan curency risk yang relatif stabil dibandingkan EM lainnya," ucapnya.

Faktor positif lainnya dibandingkan negara lain, dengan perhitungan Vulnerability Index dari Mandiri Sekuritas, Indonesia ada di peringkat tertinggi dibandingkan emerging market lainnya setelah Peru dan Korea Selatan. 

Menurut Handy, semakin bagus angka volatilitasnya, maka resiliensi terhadap efek kenaikan suku bunga the Fed dan penguatan dolar Amerika Serikat relatif terbatas.

Sebagai informasi, vulnerability index Mandiri Sekuritas dihitung dengan beberapa indikator seperti angka utang luar negeri terhadap PDB, defisit anggaran terhadap PDB, Curent Account Balance, FX reserve, dan lain-lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper