Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 1,42% dan naik ke level 7.176,01 pada, Kamis (14/12/2023) usai The Fed menghentikan siklus kenaikan suku bunga AS. Saham BBRI, BBCA, hingga WIKA terpantau menguat.
Berdasarkan data RTI Business, IHSG menguat 1,42% atau 100,67 poin ke 7.176,01. Sepanjang hari ini, IHSG dibuka di posisi 7.075,34 dan sempat mencapai level tertingginya 7.191,15.
Tercatat sebanyak 335 saham menguat, 198 saham melemah, dan 228 saham bergerak di tempat. Adapun kapitalisasi pasar atau market cap berada pada level Rp11.516,05 triliun.
Dari jajaran saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big cap, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) terpantau menguat 4,72% ke Rp5.550, disusul saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) naik 4,32% menuju Rp9.050.
Sementara itu, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengalami penguatan sebesar 3,93% menuju posisi Rp5.950 per saham. Posisi ini diikuti saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) yang meningkat 3,38% ke level Rp5.350.
Adapun saham top gainers pada hari ini dihuni oleh saham PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) yang melesat 24,10% ke level Rp242. Posisi ini disusul saham PT Jaya Agra Wattie Tbk. (JAWA) dengan kenaikan sebesar 14,86% menuju Rp170.
Baca Juga
Di sisi lain, penghuni saham paling boncos atau top losers adalah PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET) yang merosot 34,51% ke level Rp93. Sementara itu, saham PT Darma Henwa Tbk. (DEWA) juga turun 12,16% ke posisi Rp65 per lembar.
Sebelumnya, Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG akan menguji resistance dan level psikologis 7.100. Secara teknikal, Stochastic RSI sudah cukup jauh dari overbought area.
Pergerakan IHSG di Kamis (14/12/2023) diperkirakan merefleksikan respons pelaku pasar terhadap keputusan FOMC the Fed. Pasar diperkirakan merespon positif petunjuk peluang pemangkasan suku bunga acuan di 2024 oleh Kepala the Fed, Jerome Powell.
Selanjutnya, pasar mengantisipasi hasil pertemuan ECB dan BoE. Dari data ekonomi, pelaku pasar mengantisipasi data-data ekonomi Tiongkok, termasuk produksi industri dan investasi aset tetap, serta realisasi Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) di November 2023 (15/12/2023).