Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pengelola jaringan bioskop CGV, PT Graha Layar Prima Tbk. (BLTZ) mengumumkan telah melunasi utang sebesar 15 miliar Korean Won (KRW) atau setara Rp178,05 miliar (Kurs Rp11,87 per KRW) kepada The Export-Import Bank of Korea (KEXIM).
Direktur Graha Layar Prima Park Seong Ho mengatakan perseroan telah melakukan pelunasan atas pinjaman tertanggal 7 Desember 2021, yang telah diperpanjang pada 7 Desember 2022 sebesar 15 miliar won.
"Perseroan telah melunasi dengan menandatangani surat pelunasan atas fasilitas pinjaman dengan The Export-Import Bank of Korea (KEXIM)," kata Park Seong Ho dalam keterbukaan informasi, Jumat (8/12/2023).
Manajemen BLTZ menegaskan tidak ada dampak material yang merugikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan atas transaksi pelunasan tersebut.
Sebelumnya, BLTZ telah menandatangani perjanjian fasilitas kredit dengan PT Bank KB Bukopin Tbk. (BBKP) senilai Rp160 miliar.
Manajemen Graha Layar Prima menyebut, fasilitas pinjaman berjangka dari BBKP memiliki tenor 1 tahun sampai Desember 2024. Dokumen jaminan untuk perolehan fasilitas pinjaman ini adalah corporate gurantee dari CJ CGV Co. Ltd, selaku pemegang saham pengendali BLTZ.
Baca Juga
“Tujuan dari fasilitas pinjaman ini adalah pengambilalihan utang [take over loan] dari The Export Import Bank of Korea [KEXIM],” kata manajemen dalam keterbukaan informasi, Senin (4/12/2023).
Saham BLTZ tercatat melemah 3,69% ke level Rp2.610 pada penutupan perdagangan sesi I, Jumat (8/12/2023). Price to earning ratio (PER) BLTZ mencapai -45,62 kali, sementara price to book value ratio (PBVR) adalah 5,24 kali. Saat ini kapitalisasi pasar BLTZ sebesar Rp2,28 triliun.
BLTZ mencatatkan peningkatan rugi sepanjang kuartal III/2023 meski berhasil membukukan kenaikan pendapatan selama periode ini. Rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BLTZ berjumlah Rp37,49 miliar per September 2023, naik 152,89% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 sebesar Rp14,83 miliar.
Kenaikan rugi ini terjadi seiring pendapatan bersih BLTZ yang naik tipis 0,34% year-on-year (YoY) dari Rp794,04 miliar menjadi Rp796,78 miliar.
Segmen bioskop menjadi kontributor terbesar dengan pemasukan mencapai Rp497,11 miliar atau turun 6,43% YoY, sementara segmen makaan dan minuman menymbang Rp240,72 miliar atau naik 6,24 persen YoY.
Kemudian pendapatan dari segmen acara-acara dan iklan naik 62,94% menjadi Rp58,89 miliar, dan terakhir pendapatan dari lisensi dan jasa manajemen sebesar Rp46,46 juta.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, pos beban pokok pendapatan naik 0,01% menjadi Rp479,51 miliar daripada Rp479,45 miliar tahun sebelumnya. Hal ini membuat laba bruto naik 0,85% secara tahunan menjadi Rp317,26 miliar.
Sementara itu, beban umum dan admistrasi BLTZ naik 13,68% menjadi Rp244,03 miliar dibandingkan dengan 2022 sebesar Rp214,67 miliar.
Per akhir September 2023, total aset BLTZ berjumlah Rp2,11 triliun. Angka ini turun daripada posisi akhir 2022 sebesar Rp2,28 triliun. Penurunan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya kas dan bank dari Rp236,76 miliar menjadi Rp159,30 miliar.