Bisnis.com, JAKARTA -- PT United Tractors Tbk. (UNTR) berencana memacu produksi emas seiring kenaikan harga sekaligus mengantisipasi turunnya permintaan alat berat.
Direktur United Tractors Iwan Hadiantoro mengatakan tambang emas United Tractor juga akan digeber produksinya. Iwan mengatakan produksi emas tahun ini naik dari posisi 175.000 ton menjadi 235.000 ton.
Kenaikan produksi emas adalah salah satu strategi perseroan menghadapi keringnya permintaan alat berat pada masa pemilu 2024. Menurutnya sampai dengan akhir tahun ini UNTR berpotensi menjual alat berat sekitar 5.400 sampai dengan 5.450 unit.
Iwan menambahkan target penjualan alat berat akan turun menjadi 4.000 unit sehingga akan berimbas pada penjualan suku cadang yang tahun ini membukukan Rp12 triliun. Pada 2024, terdapat risiko penurunan sebesar 5% menjadi Rp11 triliun. Selain emas, Iwan mengatakan perseroan bakal menggeber sektor kontraktor tambang yang dijalankan oleh PT Kalimantan Prima Persada (KPP) dan PT Pama Indo Mining (PIM).
“Kontraktor tambang tahun depan terlepas dari harga batu bara yang turun, volume produksi akan naik dan kami telah membeli alat baru sehingga produksi yang tahun ini 130 juta ton dengan overburden removal 1,1 miliar bcm untuk tahun depan akan naik 5% sampai 10%,” ungkapnya.
Dengan demikian, produksi batu bara menjadi 137 juta ton dengan overburden removal 1,2 miliar bcm. Adapun dari tambang milik perseroan, akan ada kenaikan produksi batu bara yang semula 11,2 juta ton menjadi 12 juta ton.
Baca Juga
Iwan menambahkan sekitar 3 juta ton batu bara yang ditambang tahun depan dengan jenis coaking coal dan sisanya adalah thermal coal.
Proyeksi Harga Emas
Analisis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyebutkan harga emas mencapai rekor tertinggi baru kemarin, Senin (4/12/2023). Hal itu didorong oleh meningkatnya kepercayaan terhadap pemotongan suku bunga setelah komentar Ketua Fed Jerome Powell pada hari Jumat.
Harga emas berjangka turun 4,14% menjadi US$2.047,55 per ons pada penutupan Senin, setelah mencapai level tertinggi sebelumnya di US$2.137,25 per ons menurut data Investing.com. Sementara itu, harga emas spot juga mengalami penurunan tajam sebesar 4,16% menjadi US$2.029,47 per ons setelah menyentuh level tertinggi sebelumnya di US$2.120,20 per ons.
Federal Reserve tampaknya berada di jalur untuk mengakhiri kebijakan hawkish terkait suku bunga. Namun, tantangan yang muncul adalah kapan dan bagaimana memberi sinyal pemangkasan suku bunga.
Peningkatan indeks dolar sebesar 0,5% menjadi faktor penting yang menekan harga emas, membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Begitu pula, yield obligasi Treasury AS dengan tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan.
Para investor kini melihat peluang penurunan suku bunga pada bulan Maret sebesar 57%, turun dari 63% pada hari Jumat sebelumnya. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan dapat mengurangi biaya untuk memiliki emas.
Data minggu lalu menunjukkan adanya penurunan tekanan inflasi dan pasar tenaga kerja yang berangsur-angsur mereda. Hal itu memperkuat spekulasi mengenai pemotongan suku bunga lebih awal. Dalam konteks ini, pasar emas terus memantau perkembangan dan sinyal dari Federal Reserve untuk mengantisipasi arah selanjutnya dari harga emas.
Dalam analisanya Fiischer memperkirakan bahwa, emas (XAUUSD) cenderung mengalami penurunan dalam jangka pendek. Hal itu dapat menciptakan anomali di pasar yang sebelumnya bergerak cukup tinggi. Namun, dia juga menegaskan bahwa setelah fase penurunan ini, emas kemungkinan akan melanjutkan tren kenaikan.
Menurut Fischer, kenaikan signifikan harga emas sebelumnya disebabkan oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang tampaknya mulai memudar. Selain itu, imbal hasil obligasi AS mengalami penurunan cukup tinggi, menjadi fokus perhatian pelaku pasar. Penurunan ini memberikan dorongan pada harga emas, namun, dengan kondisi saat ini, Fischer memperkirakan penurunan XAUUSD dalam jangka pendek.
Andrew Fischer menekankan bahwa pasar emas saat ini sangat responsif terhadap berita ekonomi dan geopolitik. Prediksinya mengindikasikan bahwa meskipun ada penurunan jangka pendek, emas kemungkinan akan pulih setelah itu, terutama jika kondisi ekonomi dan politik AS terus menunjukkan ketidakpastian.