Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (17/11): Batu Bara dan CPO Kompak Melemah

Harga batu bara melemah saat China berencana meningkatkan produksi dalam negeri.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara melemah di tengah rencana China meningkatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi permintaan. CPO juga ikut melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 melemah -1,02% atau 1,30 poin ke level US$125,95 per metrik ton pada Kamis (16/11/2023). Kemudian, batu bara ICE Newcastle kontrak November 2023 melemah -0,12% atau -0,15 poin ke level US$123,10 per metrik ton.

Mengutip Reuters, Jumat (17/11) lembaga perencanaan China menyerukan perluasan produksi batu bara menjelang musim puncak permintaan musim dingin. 

Juru bicara Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (NDRC) Li Chao mengatakan dalam konferensi pers, NDRC, akan memperkuat pemantauan produksi batubara dan mendorong pemerintah daerah dan perusahaan untuk meningkatkan produksi batubara.

Mengutip Hellenic Shipping News, pasar curah kering (dry bulk) juga telah diuntungkan oleh meningkatnya permintaan batu bara melalui laut akhir-akhir ini, khususnya Indonesia yang telah berkembang menjadi eksportir utama. 

Menurut laporan mingguan pialang kapal Xclusiv, menuturkan bahwa walaupun ada upaya global untuk mengalihkan sistem energi utama dari bahan bakar fosil, perdagangan batu bara masih aktif dan berkembang sehingga memberikan dukungan kuat terhadap perdagangan curah kering melalui laut. 

“Meninjau kenaikan tarif angkutan curah kering baru-baru ini, perdagangan batubara Indonesia jelas merupakan faktor penting yang memainkan peran utama dalam kenaikan tersebut,” jelas laporan pialang kapal Xclusiv, mengutip ekspor batu bara termal Indonesia, yang juga menyumbang lebih dari 50% ekspor global untuk komoditas tersebut.

Mengutip Energyworld, berdasarkan laporan CRISIL Ratings, faktor beban pembangkit (plant load factors/PLFs) pembangkit listrik berbasis batu bara di India diperkirakan meningkat 65% pada tahun fiskal saat ini, meskipun ada penambahan kapasitas energi terbarukan yang mencapai rekor tertinggi. 

Harga CPO    

Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah -25 poin menjadi 3,873 ringgit per metrik ton. Sementara, untuk kontrak Januari 2024 juga melemah -19  poin menjadi 3,959 ringgit per metrik ton.

Mengutip Reuters, harga minyak sawit berjangka Malaysia menurun pada Kamis (16/11), menghentikan kenaikan beruntun selama tiga hari berturut-turut, mengikuti penurunan harga minyak saingannya di pasar Dalian dan Chicago. Aksi ambil untung juga membebani.

"Kontrak berjangka terlihat diperdagangkan sideways ke arah yang lebih rendah karena aksi ambil untung setelah penembusan bullish di awal minggu ini. Kurangnya aksi beli lanjutan dari para pembeli, selain dari India, mengakibatkan para pembeli minyak kelapa sawit bersikap hati-hati saat ini," jelas Kepala Riset Sunvin Group India, Anilkumar Bagani. 

Kemudian, Indonesia juga berencana untuk menetapkan harga referensi minyak sawit sebesar US$750,54 per metrik ton untuk 16-30 November 2023. Harga tersebut naik dari US$748,93 per ton untuk periode 15 hari sebelumnya.

Harga minyak kelapa sawit di pasar minyak nabati Eropa juga naik untuk dua hari berturut-turut pada Rabu (15/11) dengan harga berjangka naik karena minyak saingannya yang lebih kuat. Harga minyak kelapa sawit berada di antara US$5 dan US$30 per ton. 

Kemudian, menurut perusahaan AmSpec Agri, ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia 1-15 November 2023 naik 6,4% menjadi 645.590 ton, dari yang sebesar 606.980 ton yang dikirimkan pada periode yang sama bulan sebelumnya. 

Surveyor kargo Societe Generale de Surveillance juga memproyeksikan ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia untuk periode 1-15 November mencapai 602.510 metrik ton.

Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade, BOcv1, turun 0,75%. Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 0,21%, sementara kontrak minyak sawit, DCPcv1, juga turun 0,11%.

Analis teknis Reuters, Wang Tao, menuturkan harga minyak kelapa sawit FCPOc3 mungkin menguji resistensi pada level 4.032 ringgit per metrik ton. Jika berhasil, kemungkinan akan naik ke kisaran 4.067-4.103 ringgit.

Menurut data Bloomberg, nilai tukar Malaysia terhadap dolar melemah 0,33% pada penutupan Kamis (16/11). Melemahnya ringgit membuat minyak sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper