Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) telah meraup laba bersih konsolidasi Rp15,75 triliun pada kuartal III/2023. Adapun konsensus analis di Bloomberg didominasi rekomendasi beli saham BBNI.
Berdasarkan konsensus data Bloomberg Terminal per 4 November 2023, sebanyak 32 analis atau 91,4% merekomendasikan beli saham BBNI. Sementara itu, 3 analis atau 8,6% merekomendasikan tahan.
Target harga saham BBNI selama 12 bulan ke depan berada di level Rp5.766 dengan harga terakhir di level Rp4.840. Sementara itu, peluang return atau imbal hasil BBNI sebesar 19,1%.
Salah satu rekomendasi beli atau buy saham BBNI datang dari analis Verdhana Sekuritas Indonesia dengan target price (TP) di level Rp6.500. Lalu, BRI Danareksa Sekuritas dan NH Korindo Sekuritas Indonesia sama-sama merekomendasikan buy dengan TP Rp6.000.
Sementara itu, beberapa rekomendasi tahan atau hold datang dari analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dan BCA Sekuritas dengan masing-masing TP di level Rp10.950 dan Rp5.850.
Di sisi lain, BBNI telah meraup laba bersih konsolidasi Rp15,75 triliun pada kuartal III/2023, naik 15,1% secara tahunan atau year-on-year (YoY) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp13,69 triliun.
Baca Juga
Kinerja laba BNI terdorong oleh pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) Rp31,13 triliun, naik 3,1% YoY. Namun, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) bank turun dari 4,8% pada September 2022 ke level 4,64% pada September 2023.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan kinerja BBNI didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi pada kuartal III/2023. Akselerasi ini membuat kredit tumbuh 7,8% menjadi Rp671,4 triliun yang didorong ekspansi segmen berisiko rendah, korporasi blue chip, segmen konsumer, dan anak usaha.
Seiring dengan pertumbuhan kredit tersebut, aset BNI ikut meningkat sebesar 7% YoY menjadi Rp1.009,3 triliun. BNI juga telah mencatatkan perbaikan kualitas aset, di mana rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross turun dari 3% pada September 2022 ke 2,3% pada September 2023.
Sementara, biaya dana atau cost of fund BNI tercatat naik dari 1,4% ke 2,1%. Di mana dari sisi pendanaan, BNI telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp747,59 triliun, naik 9,1% YoY. Dana murah atau current account saving account (CASA) BNI juga naik 5,6% YoY menjadi Rp512,89 triliun.
Adapun, rasio kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9% tahun lalu menjadi 21,9% per September 2023, jauh di atas persyaratan modal minimum sebesar 13,8%. (Daffa Naufal Ramadhan)
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.