Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp15.709 pada perdagangan hari ini, Selasa (17/10/2023). Sementara itu, dolar AS juga terpantau menguat.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (17/10/2023) pukul 09.10 WIB, rupiah pada pagi ini berhasil menguat menuju level Rp15.709 per dolar AS atau naik sekitar 0,07% dari posisi sebelumnya. Adapun, indeks mata utang dolar AS juga tercatat menguat 0,03% atau 0,03 poin ke level 106,27.
Senasib dengan rupiah, sejumlah mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau parkir di zona hijau pada pembukaan perdagangan hari ini. Misalnya saja seperti won Korea yang menguat 0,11% ke level 1.352,24, menyusul ringgit Malaysia yang naik 0,06%, dan peso Filipina yang menguat 0,10%.
Di sisi lain, beberapa mata uang lain harus parkir di zona merah, seperti yen Jepang yang melemah 0,04%, dolar Hong Kong melemah 0,01%, baht Thailand turun 0,45%, dan rupee India yang melemah tipis 0,01%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memprediksi nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah pada rentang Rp15.710-Rp15.770 pada hari ini, Selasa (17/10/2023).
Adapun, dirinya mengatakan nilai tukar rupiah masih akan dipengaruhi oleh konflik geopolitik Israel-Hamas. Isu ini membuat adanya lonjakan permintaan terhadap aset-aset safe haven yang membuat greenback mendekati level tertingginya dalam 10 bulan terakhir.
Baca Juga
Sementara itu, pergerakan rupiah juga akan dibayangi oleh ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang semakin kuat usai perilisan data terbaru yang menununjukkan inflasi konsumen dan sentimen AS tetap kuat.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia melaporkan kinerja lapangan usaha industri pengelolaan yang meningkat pada kuartal III/2023.
Peningkatan itu tercatat pada beberapa komponen pembentuk PMI-BI terutama pada volume produksi dan volume persediaan barang jadi. Sementara itu, volume total pesanan juga terpantau berada pada fase ekspansi.
Hal ini menandai minimnya pengaruh keadaan geopolitik terhadap kinerja lapangan usaha, industri, serta pengelolaan di Tanah Air.