Bisnis.com, JAKARTA - Mirae Asset Sekuritas merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semula berada di level 7.600 turun ke 7.400 hingga akhir 2023.
Head of Investment Information Martha Christina mengatakan, keputusan untuk menurunkan target IHSG hingga penghujung tahun 2023 tak terlepas dari peluang Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya.
"Target dari tim riset kami sebenarnya diturunkan, dari sebelumnya level 7.600 jadi pada akhir tahun di 7.400 untuk target IHSG-nya," jelas dia dalam agenda Media Day Mirae Asset Sekuritas Oktober 2023, Selasa (17/10/2023).
Potensi The Fed untuk sekali lagi menaikkan suku bunga acuannya pada sisa tahun 2023 telah menyebabkan tekanan jual investor asing (net sell) yang begitu tinggi pada September 2023, yang mencapai Rp5,24 triliun.
Di sisi lain, Martha memprediksi bahwa pergerakan IHSG hingga akhir tahun ini juga akan tertekan dengan ketidakpastian kondisi geopolitik Timur Tengah yang memanas pasca serangan kelompok Hamas ke wilayah Israel.
Adapun, beberapa rekomendasi saham yang menjadi pilihan Mirae untuk saat ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Baca Juga
Kemudian ada PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), dan PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA).
Sebagaimana diketahui, Mirae sebelumnya menargetkan IHSG di level 7.880 hingga akhir tahun 2023. Kemudian, pada Juli 2023, Mirae memutuskan untuk merevisi turun target IHSG ke level 7.600.
Perevisian target IHSG dari Mirae dijalankan setelah pemerintah mencabut status pandemi Covid-19 di Indonesia serta naiknya suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.
Martha menilai bahwa IHSG masih berpeluang untuk kembali menguat pada paruh kedua 2023. Pada paruh kedua tahun ini, ujarnya, diperkirakan IHSG akan menguat karena beberapa faktor seperti tingginya investasi asing langsung, potensi kenaikan tingkat produktivitas masyarakat karena jumlah hari libur yang lebih sedikit, hingga potensi kenaikan harga komoditas pertanian.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.