Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia melonjak pada akhir perdagangan Senin (9/10/2023) waktu setempat setelah serangan mendadak Hamas terhadap Israel membawa ketidakstabilan baru di Timur Tengah.
Mengutip Bloomberg, Selasa (10/10/2023), lebih dari 1.400 orang tewas sejak pertempuran antara Israel dan kelompok militan Hamas pecah akhir pekan lalu, dalam konflik yang berpotensi berdampak di wilayah yang lebih luas. Harga minyak mentah berjangka AS menetap di atas US$86 per barel, dan sempat naik 5,4 persen.
Meskipun peran Israel dalam pasokan minyak global terbatas, konflik berdarah ini mengancam akan melibatkan Amerika Serikat dan Iran. Adapun Iran telah menjadi sumber utama minyak mentah tambahan tahun ini, sehingga mengurangi pengetatan pasar, namun sanksi tambahan Amerika terhadap Teheran dapat membatasi pengiriman tersebut.
“Baru-baru ini minyak mentah cenderung bereaksi berlebihan terhadap peristiwa geopolitik dan kenaikan harga hanya berumur pendek. Situasi ini mungkin merupakan pengecualian, karena pasar sangat sensitif terhadap potensi gangguan pasokan,” kata Rebecca Babin, pedagang energi senior di CIBC Private Wealth.
Pembalasan apa pun terhadap Teheran, di tengah laporan bahwa mereka membantu merencanakan serangan, dapat membahayakan jalur kapal melalui Selat Hormuz, saluran penting yang mengangkut sebagian besar minyak mentah dunia dan yang sebelumnya diancam akan ditutup oleh pemerintah Iran. Otoritas Iran pada Senin membantah bahwa mereka terlibat dalam serangan itu.
Lonjakan setelah serangan tersebut menambah volatilitas baru pada pasar yang telah mengalami perubahan cukup besar selama sebulan terakhir.
Baca Juga
Pada akhir September 2023, Brent berada di jalur untuk naik hingga US$100 per barel karena pemotongan harga dari Arab Saudi dan Rusia yang memperketat pasar, sebelum turun tajam pada minggu lalu karena kekhawatiran terhadap konsumsi dan arus keuangan yang mendorong harga lebih rendah.
Konflik ini mungkin mempunyai dampak yang luas terhadap minyak mentah. Sejumlah analis dari bank-bank besar AS mempunyai berbagai pandangan mengenai potensi dampak dari perang Israel vs Hamas.
Analis Citigroup mengatakan permusuhan tersebut mengurangi ekspektasi bahwa Arab Saudi akan memangkas atau menghilangkan pembatasan produksi sebesar 1 juta barel per hari. Risiko juga meningkat bahwa Israel akan menyerang Iran.
Pada bagian lain, analis Morgan Stanley mengatakan bahwa mereka memperkirakan dampak konflik akan terbatas. Untuk saat ini mereka tidak memperkirakan dampaknya akan meluas ke negara lain, yang berarti akan ada dampak jangka panjang yang tidak terlalu besar terhadap harga minyak mentah.