Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Dunia Perlahan Pulih Setelah Capai Titik Terendah

Harga emas global kembali naik meski masih di posisi terendah tiga bulan karena investor mempertimbangkan menambah kepemilikan emasnya.
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa (22/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa (22/8/2023). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas global kembali bertengger di zona hijau lantaran penurunan harga sebelumnya memacu minat investor untuk mengoleksi logam mulia tersebut. 

Mengutip data Bloomberg, harga emas Comex terpantau naik 13,40 poin atau 0,73 persen ke US$1.845,20 per troy ons. Sementara itu, harga emas Spot juga naik 12,71 poin atau 0,70 persen ke US$1.833,01 per troy ons. 

Nikko Asset Management menilai harga emas yang turun ke kisaran US$1.800-an baru-baru ini menjadikannya lebih menarik dalam kondisi kenaikan suku bunga yang meningkatkan kemungkinan terjadinya gejolak pasar yang tidak terduga.

Kepala Multi-Aset Global Nikko Asset Management Robert Samson menuturkan penurunan harga emas tersebut telah mendorong sedikit gejolak keluar dari pasar. Dia menilai ini saat yang tepat untuk menambah kepemilikan logam mulia. 

Harga emas telah terdorong lebih rendah dalam beberapa bulan terakhir karena Federal Reserve AS menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi. 

Hal ini memacu dolar AS menanjak dan memicu lonjakan drastis dalam imbal hasil Treasury 10-tahun, sehingga mengurangi daya tarik emas batangan. Dengan latar belakang tersebut, kepemilikan dana yang diperdagangkan di bursa yang didukung emas telah mencapai titik terendah dalam lebih dari tiga tahun.

Setelah sempat mencapai US$2.000 per ons pada Mei lalu, emas kemudian membukukan penurunan sepanjang tiga bula berturut-turut dan menghapus kenaikan year-to-date.  

Harga emas spot mencapai level terendah sejak Maret pada pekan ini. Namun, meskipun mengalami penurunan, masih ada yang menganggap emas dinilai terlalu tinggi dibandingkan obligasi.

"Oleh karena itu, sekarang adalah saat yang tepat untuk memilikinya. Kemungkinan akan ada penurunan yang signifikan lagi ketika pengetatan bank sentral mendekati puncaknya, baru kemudian kebijakan akan menjadi lebih akomodatif dalam menanggapi potensi risiko," kata Samson, dilansir Bloomberg, Sabtu (7/10/2023).

Menurutnya, di tengah suku bunga yang naik terus, dan banyak tekanan pada perekonomian makro, emas bisa menjadi salah satu pilihan aset protektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper