Bisnis.com, JAKARTA — Wall Street ditutup beragam, karena investor mempertimbangkan pembelian setelah aksi jual yang dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah dan ketidakpastian arah suku bunga di masa depan.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 68,61 poin atau 0,2 persen, menetap di 33.550,27 poin. Indeks S&P 500 naik tipis 0,98 poin atau 0,02 persen, berakhir di 4.274,51 poin. Indeks Komposit Nasdaq terangkat 29,24 poin atau 0,22 persen, menjadi ditutup pada 13.092,85 poin.
Selama sesi tersebut, S&P 500 naik sebanyak 0,4 persen dan turun sebanyak 0,8 persen sebelum mengurangi kerugiannya.
Di antara sektor-sektor utama S&P 500, kelompok utilitas yang sensitif terhadap suku bunga mengalami penurunan terbesar, yaitu jatuh 1,9 persen. Sektor energi menguat 2,5 persen, karena minyak mentah Brent menembus 97 dolar AS per barel, dengan lonjakan harga minyak menimbulkan ancaman baru terhadap inflasi yang sudah moderat.
S&P 500 telah jatuh sekitar 7,0 persen sejak akhir Juli, tetapi tetap naik lebih dari 11 persen selama 2023.
Investor juga peka terhadap perkembangan di Washington ketika perpecahan di antara anggota parlemen AS menempatkan pemerintah federal pada risiko penutupan sebagian pada akhir pekan.
Baca Juga
Kemungkinan penutupan pemerintahan telah menambah kekhawatiran bagi investor saham ketika mereka bergulat dengan imbal hasil obligasi pemerintah yang telah naik ke level tertinggi dalam 16 tahun setelah Federal Reserve pekan lalu mengisyaratkan jalur suku bunga jangka panjang yang hawkish.
Pada saat yang sama, ketika S&P 500 telah mengurangi kenaikannya secara signifikan sepanjang tahun ini, beberapa investor bertanya-tanya apakah pasar sedang mendekati titik terendah.
“Pada titik tertentu, orang-orang akan mulai membeli saham pada kuartal keempat, dan penjualan pada kuartal ketiga mungkin hampir selesai,” kata Peter Tuz, presiden Chase Investment Counsel dikutip dari Antara.
"Pada tingkat tertentu, orang-orang akan kembali berpikir bahwa kuartal keempat mungkin akan menjadi kuartal yang cukup bagus."
“Investor sedang mencari titik balik,” kata Art Hogan, kepala strategi pasar di B. Riley Wealth. "Jelas, tidak akan membutuhkan banyak angin segar di pasar ini bagi orang-orang untuk mengejar hal ini."