Bisnis.com, JAKARTA — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan kalender perdagangan dan hari libur bursa pada 2024, menyesuaikan dengan keputusan pemerintah. Total perdagangan bursa mencapai 240 hari.
Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam surat pengumumannya menyampaikan BEI sudah menetapkan Hari Libur Bursa pada 2023.
Hal itu merujuk pada Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tanggal 12 September 2023 Nomor 855 Tahun 2023, Nomor 3 Tahun 2023 dan Nomor 4 Tahun 2023 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2024.
"Dalam rangka kegiatan penyelengaraan perdagangan di Bursa, PT Bursa Efek Indonesia menetapkan Kalender Libur Bursa Tahun 2024, yaitu jadwal yang menerangkan waktu (hari dan tanggal) peniadaan kegiatan pelaksanaan perdagangan dan penyelesaian transaksi efek di Bursa," paparnya, Rabu (13/9/2023).
Perubahan Kalender Libur Bursa Tahun 2024 dapat ditetapkan kemudian apabila terjadi perubahan kegiatan kliring pada kalender operasional Bank Indonesia atau adanya pengumuman Pemerintah mengenai perubahan hari libur nasional dan cuti bersama tahun 2024.
Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili (10 Februari 2024), Hari Paskah (31 Maret 2024), Hari Lahir Pancasila (1 Juni 2024), Tahun Baru Islam 1446 Hijriah (7 Juli 2024) dan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 2024) tidak dimasukkan ke dalam daftar kalender libur bursa di atas karena jatuh pada Hari Sabtu dan Minggu.
Baca Juga
Selain jadwal tersebut, Libur Bursa akan ditetapkan kemudian apabila kegiatan kliring ditiadakan oleh Bank Indonesia atau karena adanya pengumuman Pemerintah mengenai peniadaan kegiatan kerja pada suatu hari tertentu.
Kinerja Bursa
Posisi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Asia Tenggara masih cukup ekspansif hingga saat ini. Analis melihat bursa saham di Indonesia masih dapat menarik perhatian investor asing.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan kinerja Bursa Indonesia di kawasan Asia Tenggara termasuk salah satu yang terbesar.
"Kalau kita mengacu pada indeks market cap, Bursa Indonesia terbesar, bahkan secara volume juga terbesar," kata Nafan saat dihubungi pada Selasa (5/9/2023).
Dia melanjutkan, hal tersebut membuat bursa Indonesia menarik untuk dicermati investor asing. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi dan fundamental makro ekonomi Indonesia masih solid.
Dari sisi kinerja bursa, Nafan menuturkan bursa Indonesia termasuk ekspansif. Hal tersebut tercermin dari terus bertambahnya jumlah investor baru dan jumlah emiten yang mengalami kenaikan.
"Ini membuat posisi market cap kita terus mengalami kenaikan," tutur Nafan.
Menurt Nafan, jumlah emiten yang terus bertambah menandakan pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO) di bursa Indonesia terus mengalami penambahan.
"Bursa kita menjadi yang terbanyak di kawasan Asean. Ini memberi daya tarik bagi investor asing untuk mencermati dinamika bursa di Tanah Air," ucapnya.
Adapun berdasarkan catatan firma audit dan akuntansi Deloitte, selama semester I/2023 Indonesia mencatatkan 45 IPO, terbanyak dibandingkan Thailand sebanyak 18 IPO, Malaysia 16 IPO, Singapura 3 IPO, Filipina 2 IPO, dan Vietnam 2 IPO.
Kapitalisasi pasar IPO Indonesia menjadi yang terbesar di kawasan, yakni senilai US$15,6 miliar, terdepan dibandingkan Thailand sebesar US$1,9 miliar, Malaysia US$2,09 miliar, Singapura US$101 juta, Filipina US$228 juta, dan Vietnam US$10 juta.
Pasar modal Indonesia juga berhasil menghimpun dana sebesar US$2,28 miliar di paruh pertama 2023, disusul Thailand US$517 juta, Malaysia US$369 juta, Singapura US$21 juta, Filipina US$59 juta, dan Vietnam US$2 juta.
Sebanyak empat emiten baru dari Indonesia juga mengisi daftar 10 besar IPO di Asia Tenggara selama semester I/2023. IPO terbesar di Asean hingga semester I/2023 adalah IPO PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) sebesar US$683 juta, disusul di posisi kedua PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) US$627 juta, posisi ketiga PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) US$594 juta, dan posisi delapan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk. (VKTR) US$58 juta.