Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) akan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 MW pada akhir 2024.
Hal itu sejalan dengan rencana PT PLN (Persero) yang akan merevisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 mencapai 75 persen untuk porsi Energi Baru Terbarukan (EBT).
Direktur Keuangan PGEO Nelwin Aldriansyah mengatakan penambahan pasokan penjualan listrik ke PLN akan mulai dibukukan pada awal 2025 saat target proyek Lumut Balai Unit 2 beroperasi komersial pada akhir 2024.
“Target COD terdekat kami Desember 2024 untuk Lumut Balai unit 2 dengan kapasitas 55MW, jadi tambahan penjualan ke PLN yang signifikan secara organik, baru mulai dibukukan pada awal 2025,” katanya kepada Bisnis, Selasa (12/9/2023).
Nelwin menjelaskan PGEO dalam 5 tahun ke depan akan menambah kapasitas terpasang sebesar 600 MW. PGEO juga menargetkan penambahan kapasitas 340 MW dalam 2 tahun pertama. Seluruh penambahan kapasitas tersebut akan memakan nilai investasi sebesar US$1,6 miliar.
Sepanjang semester I/2023, PGEO memasok listrik ke PLN sebesar US$161,31 juta.
Baca Juga
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, PLN menargetkan perubahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) akan rampung dalam waktu dekat.
Pada RUPTL terbaru nantinya penambahan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) direncanakan mencapai 60 gigawatt (GW) atau 75 persen dari total penambahan pembangkit listrik sampai dengan 2040.
Dalam perencanaan perubahan RUPTL ini, PLN juga berencana untuk membangun jaringan transmisi yang mendukung energi hijau. Pembangunan infrastruktur transmisi ini penting untuk mengatasi ketidakcocokan antara ketersediaan sumber energi terbarukan (EBT) berbasis baseload dengan permintaan listrik di pusat.
Menurut Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, sumber-sumber EBT berbasis baseload yang besar terletak di wilayah yang jauh dan tersebar dari lokasi permintaan listrik. Selain itu, PLN juga berkomitmen untuk membangun jaringan smart grid guna meningkatkan kapasitas pembangkit EBT berjenis intermittent atau EBT variabel menjadi 28 GW hingga tahun 2040, meningkat dari kapasitas sebelumnya yang hanya mencapai maksimal 5 GW.
Darmawan mengatakan bahwa pembahasan revisi RUPTL tersebut cenderung lebih cepat lantaran berkas RUPTL telah selaras dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).