Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada hari ini, Selasa (22/8/2023). Penguatan rupiah terjadi dengan melempemnya dolar Amerika Serikat (AS) dan penantian pidato ketua The Fed Jerome Powell terkait dengan suku bunga.
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup menguat 8,5 poin atau 0,06 persen menuju level Rp15.316 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,21 persen ke 103,08.
Sementara itu, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia juga menguat. Won Korea, misalnya, menguat 0,54 persen, diikuti yen Jepang yang naik 0,42 persen. Adapun rupee India menguat 0,14 persen, ringgit Malaysia naik 0,01 persen, dan baht Thailand meningkat 0,57 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penantian pidato Jerome Powell dipandang penting oleh indeks Nasdaq Composite yang berbasis teknologi, dalam menghadapi lonjakan imbal hasil obligasi 10 tahun ke level tertinggi.
Hal ini pun memberikan sentimen risiko, sehingga merugikan dolar safe-haven. Namun, dia memperkirakan kerugian tersebut cukup kecil karena para pelaku pasar masih menunggu pidato penting dari Jerome Powell pada akhir pekan ini.
“Pasar akan fokus pada apakah pimpinan The Fed percaya bahwa pengetatan kebijakan lebih lanjut akan diperlukan untuk menurunkan inflasi, atau apakah sudah ada kemajuan yang cukup untuk mempertahankan suku bunga,” ujarnya dalam riset harian, Selasa (22/8/2023).
Baca Juga
Ibrahim menuturkan inflasi di zona euro sudah mulai menurun, tetapi masih berada jauh di atas target bank sentral yakni 2 persen. Sementara itu, perekonomian di kawasan tersebut juga masih stagnan selama tiga kuartal terakhir, sehingga PDB berada di jalur negatif pada 2023.
Di sisi lain, pemerintah China terus berupaya membendung pelemahan yuan lebih lanjut. Kondisi ini lantas membuat PBOC memangkas suku bunga pinjaman dengan margin yang lebih kecil.
“Tetapi kurangnya stimulus moneter menimbulkan kekhawatiran atas pemulihan ekonomi yang melambat di China, yang pada gilirannya semakin merusak sentimen terhadap pasar China.”
Dari dalam negeri, Ibrahim menyampaikan bahwa memanasnya tensi politik jelang Pemilu 2024 akan menurunkan minat investor. Sebab, kondisi tersebut berpotensi menciptakan ketidakpastian politik dibandingkan dengan negara Asia lain, seperti Vietnam dan Thailand.
Selain itu, dengan adanya ketidakpastian politik tersebut, calon investor maupun investor yang sudah ada di Indonesia dinilai bakal cenderung wait and see terlebih dulu dengan melihat arah kondisi politik, sebelum akhirnya mengambil keputusan yang signifikan.
“Untuk menghindari hal tersebut, maka pemerintah Indonesia perlu mengemas Pemilu 2024 dengan damai, supaya media internasional tidak melihat adanya kekacauan politik yang dapat menjadi citra buruk Indonesia di kancah internasional,” pungkasnya.
Dia pun memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp15.300 hingga Rp15.360 pada perdagangan besok, Rabu (23/8/2023).