Bisnis.com, JAKARTA - PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mengalami penurunan rata-rata harga penjualan batu bara akibat kondisi global.
Direktur Utama Indo Tambangraya Megah Mulianto menyebutkan harga rata-rata penjualan batu bara turun yang menyebabkan tekanan terhadap kinerja keuangan.
"Harga rata-rata penjualan batu bara yang diperoleh pada paruh pertama tahun ini adalah sebesar US$130,6 per ton, turun dari US$175,1 per ton, sehingga menekan kinerja keuangan," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Minggu (20/8/2023). Dengan demikian telah terjadi penurunan harga hingga 25,41 persen.
Hal tersebut tercermin dari turunnya laba bersih TIMG sebesar 33 persen menjadi menjadi US$306,7 juta atau Rp4,61 triliun di semester I/2023 dibandingkan dengan US$460,68 juta di paruh pertama 2022.
Pendapatan ITMG juga turun menjadi sebesar US$1,3 miliar, dengan laba kotor sebesar US$458 juta, dan marjin laba kotor sebesar 35 persen. EBITDA tercatat sebesar US$ 408 juta.
Pada paruh pertama 2023, ITMG membukukan volume penjualan batu bara sebanyak 9,9 juta ton yang dipasarkan ke China (3,6 juta ton), Indonesia (2,2 juta ton), Jepang (0,9juta ton), Filipina (0,8 juta ton), Thailand (0,5 juta ton) dan negara-negara lain di Asia Pasifik, dan Eropa.
Baca Juga
Adapun, ITMG mencatatkan kontrak penjualan batu bara sebesar 88 persen per Juni 2023 dari target penjualan tahun ini sekitar 21,5 juta-22 juta ton.
ITMG memiliki target volume produksi sebesar 16,6 juta-17 juta ton pada 2023. Target volume produksi tersebut diimbangi dengan target volume penjualan sebesar 21,5 juta - 22,2 juta ton.
"Dari target volume penjualan tersebut, sebanyak 56 persen harga jualnya telah ditetapkan, 32 persen mengacu pada indeks harga batu bara, sedangkan sisa 12 persen belum terjual," kata Direktur Utama Indo Tambangraya Megah Mulianto, dalam keterangan resmi.
ITMG membukukan volume produksi batu bara 8,2 juta ton sepanjang semester I/2023. Mulianto mengatakan capaian produksi batu bara pada semester I/2023 melampaui target didukung oleh kondisi cuaca yang bersahabat dan manajemen operasional yang baik.
Target EBT
Di sisi lain, ITMG telah mengantongi kontrak kumulatif untuk bisnis energi baru terbarukan sebesar 9,7 megawatt peak (MWp).
Mulianto menyebutkan kontrak sebesar 1,0 MWp didapatkan pada kuartal II/2023. Dari jumlah tersebut, total kapasitas proyek yang telah atau sedang dikerjakan adalah sebesar 5,8 MWp.
"Sejumlah proyek panel surya telah dibangun untuk pelanggan dari berbagai industri, yang pada gilirannya menambah portofolio energi surya (PLTS) perusahaan," jelas Mulianto.
ITMG melalui PT ITM Bhinneka Power (IBP) telah mendirikan dua anak usaha, yaitu PT Cahaya Power Indonesia (CPI) yang fokus pada pengembangan atap panel surya untuk komersial dan industri, dan PT IBP Hydro Power (IHP) yang akan bergerak dalam bisnis energi terbarukan berbasis pembangkit listrik tenaga air di masa depan.
ITMG juga mengklaim saat ini tengah menjajaki bisnis pembangkitan energi, dan bisnis teknologi energi. Dalam hal pembangkitan energi, ITMG berencana mengembangkan ladang surya di lokasi strategis sambil mempertimbangkan transisi dari diesel ke energi surya dengan dukungan BESS (Battery Energy Storage System).
ITMG pun akan meningkatkan keterlibatan dalam proyek energi terbarukan yang sudah berjalan dengan bekerja sama dengan mitra berpengalaman.