Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Terguncang setelah Pembacaan Risalah The Fed

S&P 500 melemah untuk hari kedua berturut-turut, di tengah kekhawatiran bank sentral akan terus menaikkan suku bunga.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York ditutup jatuh pada akhir perdagangan Rabu (16/8/2023) waktu setempat karena para investor mencerna komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve pada pertemuan terakhir mereka.

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (17/8/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,52 persen atau 180,65 poin ke 3.765,74, S&P 500 tergelincir 0,76 persen atau 33,53 poin ke 4.404,33, dan Nasdaq anjlok 1,15 persen atau 156,42 poin ke 13.474,63.

S&P 500 melemah untuk hari kedua berturut-turut, di tengah kekhawatiran bank sentral akan terus menaikkan suku bunga. Nasdaq 100 juga mengalammi penurunan dua hari beruntun karena perusahaan teknologi termasuk Meta Platforms Inc., Amazon.com Inc. bersama dengan Tesla Inc. menyeret turun pasar saham.

"The Fed tidak punya pilihan selain melanjutkannya sampai mereka yakin bahwa ekspektasi inflasi ditekan. Meskipun dua gubernur [The Fed] lebih suka mempertahankan suku bunga stabil pada bulan Juli, penting untuk diingat bahwa jeda bukanlah fokus,” kata Steve Sosnick, Chief Strategist Interactive Brokers, setelah risalah dari pertemuan bank sentral bulan Juli dirilis.

Faktor teknis juga berada di balik penurunan pasar saham baru-baru ini. S&P 500 ditutup di bawah harga rata-rata selama 50 hari terakhir untuk hari kedua setelah gelombang perdagangan opsi zero-day membantu mendorong indeks di bawah garis tren untuk pertama kalinya sejak Maret pada akhir sesi sebelumnya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS berubah lebih tinggi pada sesi sore perdagangan dengan tenor 10 tahun mendekati 4,3 persen. Awal pekan ini, imbal hasil obligasi acuan mendekati level yang terakhir dicapai pada Oktober 2022. Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan moeter berakhir pada level 5 persen.

“Risalah hasil pertemuan The Fed [FOMC] mengulangi banyak tema inti yang disampaikan Powell pada konferensi pers bulan Juli,” kata Ben Jeffery, ahli strategi di BMO Capital Markets.

Di pasar mata uang, pound memimpin di kelompok mata uang G10 setelah inflasi Inggris melampaui ekspektasi. Sementara itu, kesengsaraan ekonomi China tetap menjadi sorotan, meskipun banyak langkah stimulus oleh otoritas setempat. Nilai tukar yuan tenggelam terhadap dolar AS, sementara yen jatuh ke level yang memicu intervensi otoritas Jepang pada September 2022.

Bank sentral China pun bergerak dengan tingkat referensi yuan yang lebih kuat dari perkiraan dan suntikan uang tunai jangka pendek terbesar ke sistem keuangan sejak Februari 2023. Sejauh ini langkah tersebut gagal mengembalikan optimisme pasar.

Ekonom dan Direktur Pelaksana Pacific Investment Management Co. Tiffany Wilding menilai pasar belum sepenuhnya mencerminkan risiko dari fundamental China yang memburuk.

“Mengingat kelambatan yang biasa, limpahan deflasi kemungkinan baru saja mulai berdampak pada pasar konsumen global,” tulis Wilding dalam sebuah catatan kepada klien.

Angka upah yang panas dan statistik ritel AS telah mengguncang pasar pada perdagangan Selasa (15/8/2023), memacu taruhan kebijakan bank sentral yang ketat akan diberlakukan lebih lama. Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari memperingatkan bahwa inflasi AS masih terlalu tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper