Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Vale Indonesia (INCO) Kejar Produksi Nikel 70.000 Ton pada 2023, Laba Moncer

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menargetkan produksi nikel dalam matte mencapai 70.000 ton pada 2023, naik dibandingkan 2 tahun sebelumnya.
PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menargetkan produksi nikel dalam matte mencapai 70.000 ton pada 2023, naik dibandingkan 2 tahun sebelumnya.
PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menargetkan produksi nikel dalam matte mencapai 70.000 ton pada 2023, naik dibandingkan 2 tahun sebelumnya.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) menargetkan produksi nikel dalam matte mencapai 70.000 ton pada 2023.

Berdasarkan catatan Bisnis, target produksi INCO70.000 ton pada 2023 itu lebih tinggi dari realisasi 60.090 ton pada 2022 dan 65.388 ton pada 2021.

Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, mengatakan INCO berhasil mempertahankan laba positif berkat kelancaran pelaksanaan operasi. Ke depannya, INCO akan terus berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya.

"Pada triwulan ini, PT Vale berhasil menurunkan biaya kas per unit produksi lebih jauh lagi, melampaui level yang pernah dicapai pada triwulan sebelumnya," jelasnya dalam siaran pers, dikutip Jumat (28/7/2023).

Pada semester I/2023, INCO memproduksi nikel dalam matte 33.691 ton, naik dari sebelumnya 26.394 ton pada semester I/2022. Penjualan nikel dalam matte juga naik menjadi 33.221 ton dari sebelumnya 27.013 ton. Namun, harga realisasi jual rata-rata (ASP) turun menjadi US$19.836 per ton per Juni 2023, dibandingkan US$20.899 per ton per Juni 2022.

"Produksi INCO masih sejalan dengan target produksi tahunan 70.000 ton pada 2023," imbuh Febriany.

Sementara itu, tingginya beban disebabkan oleh konsumsi bahan bakar dan harga diesel yang lebih tinggi. Konsumsi High Sulphur Fuel Oil (HSFO) mencapai 921.408 barel pada semester I/2023, naik dari sebelumnya 445.518 barel. Harga rata-rata HSFO turun menjadi US$78,66 per barel dari US$80,63 per barel pada semester I/2022.

Sejak April 2023, INCO memutuskan untuk mengalihkan sumber energi untuk burner dari HSFO ke batu bara, didorong oleh penurunan harga batu bara. Pada semester I/2023, volume penggunaan batu bara mencapai 142.535 ton dengan harga US$383,46 per ton, berbanding 170.955 ton dan harga US$317,97 per ton pada semester I/2022.

Menurut Febriany, Vale tetap berkomitmen untuk selalu berupaya mengurangi biaya, termasuk penyesuaian komponen lainnya sebagai bagian dari upaya berkelanjutan dalam mengelola biaya.

Selain melakukan pengendalian biaya, Vale mengambil sikap hati-hati dalam mengelola arus kasnya untuk mengantisipasi kondisi harga nikel yang tidak menguntungkan. Vale mengeluarkan belanja modal sekitar US$60,8 juta pada kuartal II/2023, menandai peningkatan signifikan sekitar 36 persen bila dibandingkan dengan belanja modal pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Di sisi ekspansi, INCO menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk 2023 sebesar US$110 juta, termasuk untuk proyek di Pomalaa dan Bahodopi, serta pengembangan tambang baru dan injeksi ekuitas ke perusahaan patungan.

Vale Indonesia juga tengah menggarap proyek smelter nikel yang terintegrasi dengan PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia. Di Pomalaa, INCO, Huayou, dan Ford Motor Co. bakal membangun pabrik pengolahan dengan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) dengan target kapasitas 120.000 ton nikel dalam mixed hydroxide precipitate (MSP) per tahun.

Proyek penghiliran INCO yang juga sedang bergulir ialah pembangunan pabrik dengan teknologi rotary kiln and electric furnance (RKEF) berkapasitas 73.000 ton nikel dalam feronikel. Proyek itu merupakan kongsi INCO dengan Tisco dan Xinhai yang dibangun di kawasan industri di Sambalagi, Sulawesi Selatan.

Tak berhenti di situ, INCO menggandeng Huayou untuk membangun proyek Sorowako Limonite untuk memanfaatkan bijih limonit di Blok Sorowako. Nilai investasi tambang, pabrik, dan fasilitas lainnya diperkirakan senilai US$1,8 miliar dengan teknologi HPAL dan kapasitas tahunan 60.000 ton nikel dalam MSP.

KINERJA INCO

INCO membukukan pendapatan US$658,96 juta atau sekitar Rp9,87 triliun (estimasi kurs akhir Juni 2023 Rp14.993 per dolar AS) per Juni 2023. Pendapatan itu naik 16,72 persen year on year (yoy) dari US$564,53 juta pada semester I/2022.

Beban pokok pendapatan INCO memang naik menjadi US$438,49 juta pada semester I/2023 dibandingkan US$208,22 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, laba bruto INCO masih naik menjadi US$220,47 juta per Juni 2023 dibandingkan dengan sebelumnya US$208,22 juta.

INCO mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih senilai US$168,51 juta, setara Rp2,52 triliun pada semester I/2023. Laba bersih itu naik 12 persen yoy dari US$150,45 juta per semester I/2022.

Vale Indonesia menggelontorkan kas bersih untuk investasi US$116,92 juta per Juni 2023, naik dari US$87,02 juta per Juni 2022. Kas setara kas pada akhir periode US$719,88 juta pada semester I/2023, naik dari sebelumnya US$585,92 juta.

Dari sisi liabilitas, INCO mencatatkan US$345,85 juta per Juni 2023, naik dari akhir tahun lalu US$303,33 juta. Liabilitas jangka panjang US$143,69 juta, sedangkan liabilitas jangka pendek US$202,16 juta.

Ekuitas INCO terbilang jumbo senilai US$2,46 miliar pada semester I/2023, naik dari US$2,35 miliar pada akhir 2022. Total aset INCO pun naik menjadi US$2,80 miliar dari sebelumnya US$2,65 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper