Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG kala The Fed Kerek Suku Bunga

The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin. Di sisi lain, Bank Indonesia yang kerap mempertahankan suku bunga akankah menjadi booster bagi IHSG?
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA -- Sesuai perkiraan analis, The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin. Di sisi lain, Bank Indonesia yang kerap mempertahankan suku bunga akankah menjadi booster bagi IHSG?

Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset tengah hari menyebutkan IHSG menguat di tengah bursa regional Asia yang mengalami penurunan di saat pelaku pasar dan investor mengambil sikap hati-hati menjelang keputusan suku bunga The Fed AS yang diumumkan Kamis (27/7/2023) dini hari waktu Indonesia.

Bank sentral diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran target 5,25 persen sampai dengan 5,5 persen. Bank sentral Eropa juga berpotensi menaikkan suku bunga acuannya.

Sementara itu dari dalam negeri, pasar menilai bahwa kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuannya sebagai upaya untuk menjaga pemulihan ekonomi dalam negeri di tengah indikator data ekonomi yang solid.

Pasar juga memandang bahwa di tengah kenaikan suku buku The Fed, BI diyakini sudah menyiapkan sejumlah strategi seperti mengandalkan intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, domestic non deliverable forward (DNDF), melakukan pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder alias triple intervention, dan melakukan operasi twist. Yaitu, dengan menjual SBN jangka pendek untuk memancing aliran modal asing untuk masuk ke Indonesia.

Sementara itu, Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke kisaran 5,25 persen—5,5 persen.

Kenaikan suku bunga itu merupakan yang ke-11 kalinya dilakukan The Fed dalam 12 pertemuan terakhirnya.

"The Federal Open Market Committee [FOMC] akan terus menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata The Fed seperti yang dilansir dari Reuters pada Kamis (27/7/2023).

Sementara itu, seperti yang dikutip dari Bloomberg, kenaikkan suku bunga acuan tersebut merupakan level tertinggi sejak 2001. Selain itu, kebijakan The Fed itu menandai kenaikan ke-11 sejak Maret 2022, ketika angkanya mendekati nol.

The Fed menyatakan komite akan mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter secara kumulatif untuk mengembalikan inflasi menjadi 2 persen.

Mengacu pada pernyataan The Fed tersebut, para pejabat membuka opsi untuk menaikkan lagi suku bunga acuan pada pertemuannya berikutnya pada September atau menahan kenaikkan, tergantung pada data yang masuk.

FOMC dalam pernyataannya pada Rabu (26/7/2023) mengulangi uraiannya tentang inflasi menjadi meningkat, dan menaikkan uraiannya tentang pertumbuhan ekonomi menjadi moderat dari sederhana.

FOMC menegaskan kembali sektor perbankan sehat dan tangguh, sambil memperingatkan pengetatan kredit diperkirakan akan membebani ekonomi menyusul kegagalan tiga bank regional AS awal tahun ini.

Sementara itu, laporan harga konsumen Juni menunjukkan perlambatan inflasi menjadi 3 persen dari puncaknya 9,1 persen tahun lalu, para pembuat kebijakan telah menyatakan keprihatinan tentang apa yang disebut inflasi "inti", tidak termasuk makanan dan energi, yang turun lebih lambat.

FOMC memilih inflasi sektor jasa khususnya sebagai kategori yang mereka yakini tetap tinggi karena ketatnya pasar tenaga kerja.

Pejabat Fed juga terkejut dengan ketahanan pertumbuhan ekonomi. Analis mengharapkan laporan triwulan pada produk domestik bruto (PDB) yang akan dirilis pada Kamis untuk menunjukkan ekonomi AS berkembang sebesar 1,8 persen secara tahunan pada periode April hingga Juni.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper