Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) atau Bank Jatim menargetkan pertumbuhan pertumban laba sebelum pajak sebesar 6 persen menjadi Rp1,6 triliun.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman menyebutkan optimisme tersebut berasal dari pertumbuhan pendapatan bunga termasuk bunga pinjaman saat ini sudah tumbuh hingga 2,28 persen.
“Hingga akhir tahun juga selaras dengan pertumbuhan laba bahkan lebih tinggi,” katanya saat konferensi pers, Selasa (25/7/2023).
Sementara itu pendapatan non bunga kata Busrul hingga semester I sekitar Rp360 miliar dan pertumbuhannya double digit. Adapun, penyaluran kredit perseroan naik 13,02 persen menjadi Rp49,21 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2022 lalu yang sebesar Rp43,54 triliun.
Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor komersial dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang tumbuh sebesar 25,55 persen menjadi Rp20,04 triliun. Serta, sektor konsumer tumbuh 5,77 persen secara tahunan menjadi Rp29,16 triliun.
BJTM telah mencatatkan laba bersih Rp720,14 miliar pada semester I/2023, turun 11,67 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp815,36 miliar.
Baca Juga
Berdasarkan publikasi di Harian Bisnis Indonesia pada Selasa (25/7/2023), penyusutan laba bank sejalan dengan penurunan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 1,26 persen yoy menjadi Rp2,34 triliun pada paruh pertama 2023.
Bank Jatim juga mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang membengkak 37,26 persen yoy menjadi Rp288,55 miliar pada semester I/2023 ini. Sejumlah beban pun naik, seperti beban tenaga kerja dari Rp658,44 miliar pada semester I/2022 menjadi Rp705,83 miliar pada semester I/2023.
Beban promosi juga naik dari Rp27,35 miliar pada Juni 2022 menjadi Rp30,35 miliar pada Juni 2023. Rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) pun naik 95 basis poin (bps) menjadi ke level 75,65 persen pada semester I/2023 dari 74,7 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Semakin besar BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya. Rasio profitabilitas bank pun memburuk.
Bank Jatim mencatatkan penurunan rasio imbal balik ekuitas (return on equity/ROE) 398 bps menjadi 13,6 persen. Lalu, rasio imbal balik aset (return on asset/ROA) Bank Jatim juga turun 14 bps menjadi 1,91 persen.
Meski begitu, dari sisi intermediasi, emiten bank berkode BJTM ini mencatatkan peningkatan penyaluran kredit 13,02 persen yoy menjadi Rp49,2 triliun.
Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross pun membaik dari 4,12 persen per Juni 2022 menjadi 2,8 persen per Juni 2023. Namun, NPL nett meningkat dari 0,99 persen per Juni 2022 menjadi 1,16 persen per Juni 2023. Di sisi lain, aset bank turun 5,43 persen yoy menjadi Rp103 triliun pada enam bulan pertama tahun ini.
Dari sisi pendanaan, BJTM telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp82,64 triliun pada kuartal II/2023 ini, turun 12,9 persen yoy. Dana murah atau current account savings account (CASA) bank juga turun 7 persen yoy menjadi Rp47,53 triliun.