Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi menguat seiring dengan rilis data inflasi Amerika Serikat yang menekan potensi hawkish The Fed terkait suku bunga. Sentimen ini menekan dolar AS dan selanjutnta menguntungkan rupiah.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan mata uang rupiah akan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup menguat di rentang Rp15.010-Rp15.130 per dolar AS hari ini.
Kemarin, rupiah ditutup menguat 0,52 persen ke Rp15.074,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,25 persen ke 101,47.
Bersamaan dengan rupiah, yen Jepang naik 0,55 persen, dolar Singapura naik 0,25 persen, dolar Taiwan 0,21 persen, won Korea Selatan naik 0,40 persen, dan peso Filipina 0,61 persen.
Kemudian rupee India naik 0,11 persen, yuan China menguat 0,28 persen, ringgit Malaysia naik 0,17 persen, sementara baht Thailand turun 0,34 persen.
Ibrahim mengatakan mata uang dolar merosot ke level terendah dua bulan terakhir terhadap mata uang utama pada hari Rabu, menjelang pengumuman inflasi AS. Sementara itu, Poundsterling naik ke level tertinggi 15 bulan ini, di tengah ekspektasi Bank of England (BoE) yang akan menaikkan suku bunga lebih jauh.
Baca Juga
Menurut Ibrahim, investor akan fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu ini, dengan ekspektasi harga konsumen inti naik 5 persen secara tahunan pada bulan Juni. Angka tersebut memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Federal Reserve dalam perjuangannya melawan inflasi.
Inflasi ini diperkirakan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga dari The Fed, dengan bank sentral akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli.
Inflasi Amerika Serikat (AS) Juni 2023 melaju paling lambat dalam lebih dari 2 tahun terakhir, mengindikasikan kebijakan Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mampu mengatasi tekanan harga.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (12/7/2023), berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS indeks harga konsumen (IHK) naik 3 persen pada bulan lalu secara tahunan (year on year/y-o-y). Jika dibandingkan dengan Mei 2023, inflasi pada Juni 2023 naik 0,2 persen.
Angka Inflasi AS terkini sebesar 3 persen menyentuh level terendah sejak 2021, tetapi tetap berada di atas target The Fed yang sebesar 2 persen.
Fokus minggu ini juga menurut Ibrahim ada pada komentar dari para pejabat The Fed, termasuk Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester.
Sementara itu, dari dalam negeri Ibrahim menuturkan sentimen datang dari pemulihan ekonomi Indonesia yang semakin kuat. Hal tersebut terutama sejak diterpa pandemi Covid-19 sejak tiga tahun lalu.
"Optimisme proses pemulihan ekonomi yang kuat dan stabil, mendorong Indonesia kembali masuk di dalam kelompok upper-middle income country," ucap Ibrahim.
Sebagaimana diketahui, ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh 5,31 persen atau di atas target APBN 5,2 persen. Secara level, PDB riil tahun 2022 Indonesia sudah 7 persen di atas PDB sebelum terjadinya pandemi tahun 2019.
Capaian ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu terus melakukan ekspansi secara robust dan konsisten, terutama di tengah dinamika perekonomian global yang sangat volatile pada periode tersebut, yang telah menyebabkan banyak negara kembali mengalami pelemahan ekonomi.
Simak pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini secara live.
Rupiah ditutup naik 109 poin atau 0,72 persen menjadi Rp14.966 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,13 persen ke level 100,393.
Pukul 14.04 WIB, rupiah naik 100,5 poin atau 0,67 persen menjadi Rp14.974 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,09 persen ke level 100,432.
Pukul 12.00 WIB, rupiah naik 103 poin atau 0,68 persen ke Rp14.972 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,06 persen ke level 100,459.
Rupiah dibuka melonjak 0,73 persen atau 109,5 poin menjadi Rp14.965 per dolar AS.
Indeks dolar AS terkoreksi 0,02 persen ke level 100,505.